20. Warteg Incident

447 90 70
                                    

"Bu, saya mau dua porsi pake lauk jengkol, orek tempe, tumis, tahu yang direndam ini, sama ikan kuning ini." Ucap Flavio menyebutkan menu-menu warteg yang ingin ia icip, dan sesekali menunjuknya dengan tangan.

" Ucap Flavio menyebutkan menu-menu warteg yang ingin ia icip, dan sesekali menunjuknya dengan tangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Siap, Mbak. Monggo duduk dulu, ditunggu," balas ibu warteg ramah.

Di sebelahnya, Ax hanya bisa menelan saliva kasar mendengar berbagai menu yang Flavio pesan. Ax juga pasrah saat gadis itu menarik tangannya seperti anak kecil menuju meja untuk menunggu pesanan.

"Duduk sini," suruh Flavio menepuk sisi kursi panjang yang masih kosong. Ax menurut.

"Flavio,"

"Hm."

"Serius?"

"Apa?"

"Menu yang tadi lo pesen."

"Seriuslah. Kenapa, lo takut muntah lagi, hm?"

Ax menggeleng, "justru gue takut lo yang akan muntah,"

"Enggak dong," balas Flavio cepat, "gue bisa kok makan apa aja,"

"Lo gak akan doyan, Flavio. Emang udah pernah makan menu-menu warteg?"

"Belum. Tapi gue doyan, Ax, iih." Kesal Flavio karena terus saja diragukan Ax.

Ax geleng-geleng pasrah, lelaki itu yakin lidah Flavio tidak akan cocok dengan menu warteg.

Jadi, daripada Flavio nanti muntah dan malah menyinggung perasaan pemilik warteg, Ax putuskan untuk berdiri menghampiri ibu warteg, meminta agar pesanan mereka dibungkus saja.

Dan setelah mendapat persetujuan, Ax langsung kembali untuk menemui Flavio yang tadi ia tinggalkan begitu saja.

Namun, kerutan hadir di dahinya ketika melihat seorang lelaki berkemeja putih yang tampak sedang menyapa Flavio, dan Flavio pun membalas sapaan lelaki tersebut sambil tersenyum.

"Pesan makanan? Lalu makanan dari saya?" Begitu sayup-sayup pertaanyaan lelaki asing yang mampu Ax dengar.

Flavio yang diajak bicara terlihat kebingungan menjawab pertanyaannya, "ehm, aduh itu..."

"Flavio tidak suka makanan dari anda," balas Ax yang tau-tau sudah berada di antara keduanya.

Bahkan Ax sengaja menggenggam tangan Flavio, seperti menunjukkan kepemilikan walau nyatanya belum. Beruntung Flavio tidak menolak, hanya mendesis tajam merutuki ucapan Ax yang seenaknya.

"Tidak suka? Lalu mengapa anda mengajaknya ke tempat seperti ini? Bukankah tidak ada bedanya menu di sini dengan menu yang saya beri tadi?" Ucap Lelaki tadi berani.

"Jelas berbeda. Makanan dari anda-"

"Axelsen." Potong Flavio yang seakan mengerti dengan lanjutan kalimat Ax. "Radit, saya minta maaf. Saya hanya ingin membeli beberapa menu tambahan. Makanan dari kamu tetap akan saya makan." Lanjut Flavio menengahi.

Sweet IndependentWhere stories live. Discover now