31. Zea is Coming

387 77 46
                                    

Janganlah kau tinggalkan diri ku
Tak 'kan mampu menghadapi semua
Hanya bersama mu ku akan bisa

Kau adalah darah ku

Kau adalah jantung ku
Kau adalah hidup ku, lengkapi diri ku
Oh sayangku kau begitu
Sempurna, sempurna

Sore ini, setelah hampir dua minggu, para pengunjung Xelse Cafe kembali dimanjakan dengan suara merdu Flavio.

Gadis yang mengenakan dress putih berpadu outer oversize itu kini tengah hanyut dalam penyampaian isi lagu yang ia bawa.

"Vio kayaknya galau beneran, Ay." Ucap Teo dari mejanya.

Mendengar itu Fara mengalihkan fokus dari ponsel, menatap Flavio yang berdiri di atas panggung. "Lo udah ada kabar dari Bos Ax, belum?"

"Belum."

Fara menghela napas.

Sejak kepergian Ax ke Inggris sekitar seminggu yang lalu, Flavio berubah menjadi layaknya serangga letoy yang sebelah sayapnya cidera.

Sering melamun, suka uring-uringan tidak jelas, minum banyak matcha, gelisah dengan ponsel, bahkan sampai mengubah mode silent andalannya dengan nada dering yang sangat nyaring! Seperti sedang menantikan notifikasi.

Aish, intinya gadis itu galau tapi gengsi!
Galau karena merasa ditinggal Axelsen tanpa kabar.

Sasaran amukannya ya sudah pasti Fara dan Teo. Siapa lagi memang?

"Sst ... sstt .... Te, Te, Te," Fara mengode dengan lirikan mata ketika Flavio selesai menyanyikan lagu dan berjalan mendekat.

"Halo, PCR!"

"Mangga atuh, Neng. Mactha sama pancake strawberry."

"Siapa yang minta matcha sama pancake?" Sinis Flavio.

"Gue mah gak usah diminta udah peka kali, Vi." Jawab Fara percaya diri.

Flavio mendengus. "Gue lagi gak pengen matcha."

"Lah?" Kejut Teo.

"Lemontea, please."

"Ih, sejak kapan lo minum lemontea?"

"Ada, gak? Kalo gak ada gue bisa pindah kafe."

"Astaga, iya-iya!" Fara berdiri dari kursinya. "Te, bilangin sama temen lo ... cepetan pulang! Singanya makin lama makin garang. Serem."

Flavio memicing, "gak jadi."

"Hah?"

"Matcha aja, original. Sepuluh gelas."

"What?" Teriak Fara.

Ia tidak peduli jika dirinya sekarang sudah menjadi perhatian seisi kafe. Ia hanya tidak habis pikir dengan tingkah sahabatnya satu ini.

"Flavio Higashino si gadis cantik jelita tiada tara ... lo kalo kangen bilang kangen! Punya handphone dipake buat nelpon, nanya kabar, bukan cuma dipelototin nunggu kabar dari sana! Mana gue yang jadi sasarannya, lagi."

Flavio menulikan telinga dari omelan Fara. Gadis itu malah menatap Teo cukup lama. "Bantuin cewek lo, gue minta sushi."

Pletak

Bukan. Itu bukan suara pukulan tangan Fara yang beradu dengan lengan Flavio. Mana berani dia? Itu, adalah bunyi pelampiasan kekesalan Fara ... pada kepala Teo. Yeay!

Sweet IndependentWhere stories live. Discover now