Epilog

1.3K 79 33
                                    

Assalamualaikum, apa kabar semua? Semoga sehat dan semangat selalu ya, kalian❣

Aku balik bawa epilog SWEET INDEPENDENT dan prolog cerita baruku, TERLANJUR YOURS!

Jangan lupa mampir, cari di profilku, okey? Simpan di perpustakaan 😘😘😘







INGAT, "TERLANJUR YOURS!"


Buruan cari di profil! 😄







><.><.><.><.><


Mungkin, dalam seumur hidup keluarga Higashino, hari ini adalah hari paling bahagia untuk mereka.

Hari ini, tepat dua bulan setelah kepulangan Flavio dari Jepang, gadis itu diangkat menjadi rektor di salah satu universitas swasta di Jakarta.

Letak paling bahagianya adalah ketika Aki dan Nini, juga tiga saudara kandung Papa Yugo yang sudah tersebar di penjuru dunia ... ikut serta.

Grandpa dan Grandma Flavio dari Bulgaria pun datang. Mereka semua ikut dalam perayaan hari keberhasilan Flavio.

Diam-diam Flavio menyeka air mata berada di tengah-tengah keluarga besarnya. Ternyata ia memiliki begitu banyak sepupu dan keponakan.

Mereka hampir tidak pernah bertemu, dua tahun sekali itu saja sudah sangat beruntung. Tapi sekalinya bertemu bisa langsung membaur tanpa rasa canggung.

Hati siapa yang tidak terharu?

Lihatlah, di ujung sana Aessy sangat cantik memakai gaun merah muda dan bando senada. Gadis cilik itu sudah masuk SD.

Aldrick masuk TK Kecil, Raka sudah bisa berjalan dan sedang bawel-bawelnya berceloteh. Sudah punya calon adek pula di perut Mommy-nya.

Sedang Flavio?

Aih, masih jomblo saja padahal sudah masuk kepala tiga.

"Vi."

"Teo, kenapa?"

Teo diam, seperti ragu akan apa yang ingin ia katakan.

Flavio menelan saliva, "Axelsen di mana?"

"Sejak tahu lo akan pulang dia sengaja pergi. Sekarang di Inggris."

🦩🦩🦩

"Bagus ya, aku pulang malah menghindar."

Suara itu membuat seorang lelaki yang duduk termenung di antara banyaknya gundukan tanah mematung.

Ia memejamkan mata, mencoba tersenyum lalu berbalik badan. "Profesor Flavio, ada apa repot-repot kemari?"

Flavio terkekeh seadanya, ia melempar Axelsen dengan buket bunga, Axelsen sigap menangkap.

Di tangan Flavio masih ada empat buket lagi. Gadis itu mendekat. Meletakkan keempat buket bunga tersebut masing-masing di atas makam kedua orang tua Axelsen dan kakek neneknya.

Ia tersenyum, "yang kamu pegang buat Zea, yang mana makamnya?"

Pelan, Axelsen berjalan beberapa meter, membawa Flavio ke makam Zea. Lelaki itu menyerahkan buket bunga, bermaksud agar Flavio sendiri yang meletakkan.

"Hai, Zea. Kamu baik-baik aja di sana?" sapa Flavio ketika mengusap lembut nisan bertulis ZEA ELENA.

Tidak ada lagi yang Flavio katakan. Ia hanya diam beberapa saat, lalu beranjak mencari tempat duduk di bawah pohon rindang.

Sweet IndependentWhere stories live. Discover now