54. Hidden Crack

334 42 14
                                    

Guys, aku balik! Yeay 🥳🤩 harusnya mau besok aja, tapi rasanya gak sabar.

Sebelumnya kan aku udah sering bilang kalo kita akan sampai di konflik utama. Dan baliknya aku kali ini, bawa konflik utama itu😚

Akan ada 7 bab final plus epilog. Semoga kalian suka dan gak kecewa yaaa ... selamat membaca!

🦩🦩🦩

Di kediaman Samuel, sepasang suami istri berusia senja sedang makan malam bersama cucu kesayangan mereka, Axelsen.

Di tengah makan malam hangat itu, telepon rumah berbunyi. Ax yang menawarkan diri untuk mengangkat.

"Halo?"

"Halo, Tuan Axelsen."

Balasan bernada panik dari sebrang membuat Ax mengernyitkan dahi. Ia seperti mengenali suara ini.

"Siapa?"

"Saya Lily."

Mendengar jawaban itu, Ax hendak langsung memutus sambungan, namun suara Lily lebih dulu menahan.

"Tuan Axel, saya mohon jangan tutup dulu. Sebentar saja," pinta Lily dari seberang.

Nyonya Samuel yang melihat raut tegang cucunya mendekat, ingin ikut mendengarkan.

"Cepat katakan."

"Dari tiga hari yang lalu Zea tidak bisa dihubungi. Saya minta tolong Tuan Axel untuk menjenguknya di apartemen. Saya takut terjadi apa-apa dengan Zea."

"Tidak bisa."

"Tuan Axel, saya mohon."

"Saya tidak bisa."

"Tuan Axel, Zea sudah sering batuk dan muntah berdarah sebelumnya. Saya benar-benar khawatir. Saya tidak tau lagi harus meminta tolong pada siapa."

"Sudah saya katakan, saya tidak bi- "

"Axel," peringat Nyonya Samuel.

Beliau lalu mengambil alih gagang telepon dari tangan Ax. "Nak, kamu tenang, nanti Nenek suruh Axel jenguk Zea."

"Terima kasih, Nenek. Kata sandi apartemen 1203."

"Iya iya, Nenek ingat. Terima kasih sudah mengabari."

"Maaf merepotkan Nenek."

Gagang telepon dikembalikan ke tempat semula. Panggilan terputus.

"Nek- "

"Cepat, lihat Zea di apartemennya, Nenek khawatir."

"Nek, tadi itu Lily. Terakhir dia muncul sampai membuat Flavio hipotermia. Kali ini- "

"Kali ini dia benar-benar panik, Axel. Sudah, cepat sana susul Zea. Nenek juga khawatir."

"Nek?"

"Nenek mohon, Axel."

Neneknya sudah memohon, Axelsen tidak tega. Tuan Samuel juga tidak bisa bicara banyak.

Dengan berat hati Axelsen menyanggupi permintaan sang nenek, "baik, Ax berangkat."

"Kabari Kakek Nenek kalau ada apa-apa."

🦩🦩🦩

Kata sandi 1203.

Axelsen terpaksa menekan kata sandi tersebut untuk membuka pintu karena Zea tak urung membukanya setelah berkali-kali ia menekan bel.

Pandangan pertama yang Ax lihat adalah ruang tamu yang begitu berantakan karena banyak barang jatuh.

Sweet IndependentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang