59. Kamu Pemenangnya

505 51 31
                                    

Yang masih emosi, marah², misuh² ... selamat membaca!

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Di apartemen Teo, Flavio terlelap tak sadarkan diri.

Di sisinya ada Fara yang menangis tersedu setelah mengetahui semua kebenaran dan semua hal yang menimpanya.

Ada pula Joni yang mati-matian menahan emosi, sungguh! Apalagi jika mengingat dirinya hampir telat menyelamatkan Flavio semalam.

Teo yang paling berat. Ia harus pandai mengatur emosi, amarah, juga gadisnya. Belum lagi satu sisi hatinya yang masih mencoba memahami alasan Axelsen, sahabatnya.

Sementara Dokter Nia yang baru masuk dalam lingkaran ini, tidak bisa apa-apa selain memastikan kondisi Flavio baik-baik saja.

Mereka berempat semalaman tidak ada yang terlelap barang sekejap. Mereka saling mendengar dan bercerita berbagai kejadian janggal belakangan.

Juga pengakuan Dokter Nia tentang percakapannya bersama Flavio yang membuat Fara, Teo dan Joni syok tak karuan.

Kedua tangan Joni terkepal erat. Buku-buku jarinya memutih, kukunya pun melukai telapak tangannya sendiri hingga berdarah.

Urat lehernya tercetak jelas, matanya merah dan memelotot tajam. Giginya bergemelutuk tak bisa diam.

"Mau kemana lo?" tanya Teo saat Joni tiba-tiba berdiri.

"Kasih pelajaran buat manusia brengsek!"

"Te," Fara cemas.

"Lo di sini dulu, Ay. Dok, saya titip Fara dan Flavio."

•••

Flavio mengerjapkan mata, menyesuaikan cahaya yang langsung mengingatkannya pada cahaya kilat semalam.

Gadis itu menggelengkan kepala, rasanya sangat pusing. Ia mengernyit mendapati ruang kamar yang asing.

Lalu semakin mengernyit heran ketika melihat Dokter Nia dengan ekspresi panik bercampur lega, juga Fara yang penuh air mata.

"Lo ngapain nangis, Maemunah?! Dokter Nia juga kenapa ada di sini? Saya dimana?" tanya Flavio beruntun.

Fara semakin sesenggukan, Dokter Nia mencoba tetap tenang. "Sudah lebih baikan, Flavio?"

"Sudah lebih baikan? Emang saya kenapa?"

Sebentar, Flavio hanya mengingat cahaya putih. Cahaya yang bergerak sangat cepat, dan juga ... suara klakson?

Dalam memori pendeknya, Flavio melihat Joni yang digoda oleh tiga wanita di sebuah tempat berlampu kerlap-kerlip.

"Joni- semalem gue liat Joni, dia dimana sekarang?"

Pertanyaan Flavio tidak mendapat jawaban.

"Teo mana?"

Flavio memukul kepalanya yang semakin pusing saat ia gunakan untuk memutar ulang kejadian sebelumnya.

"Tunggu!" Flavio mendapat ingatannya, "Joni sama Teo kemana?"

"Fara! Dokter Nia! Mereka kemana?"

"Rumah sakit."

🦩🦩🦩

Fajar belum berlalu, belum banyak pula aktifitas orang-orang di rumah sakit. Langkah Joni semakin cepat ketika melihat mangsanya keluar dari ruang ICU.

"Joni, ngapain disini?" bingung Axelsen.

Lalu tanpa diduga, Joni meraih kerah kemeja Ax erat, seakan ingin mencekiknya. "Ikut gue!"

Sweet IndependentWhere stories live. Discover now