55. More Cracks

318 35 24
                                    

Sudah seminggu berlalu, sudah seminggu tak saling bertemu ... dan sudah seminggu status berubah semu.

Ini bukan mimpi, bukan halusinasi, bukan pula sandungan alur agar terkesan istimewa. Ini semua ... nyata.

Axelsen dan Zea ... adalah suami istri. Sah di mata agama dan negara.

Axelsen juga tidak menyangka jika pada akhirnya ia akan kembali terjerat dalam sebuah hubungan bersama Zea.

Meski hatinya masih milik Flavio, meski ini pernikahan tersembunyi ... namun Zea istrinya, tanggung jawabnya

Berharap segera terlepas dari hubungan ini adalah keinginan Axelsen. Tapi dengan cara apa? Berdoa agar Zea segera tiada?

Zea ... selamat, penyakitmu membawamu selangkah lebih dekat menuju kemenangan. Selanjutnya, kau sembuh atau tidak ... tidak ada yang tau.

"Semua jadwal pemotretan sudah kusuruh orang untuk membatalkan. Istirahat yang baik di rumah," ucap Ax dingin.

"Ini Mbak Tina, perawat yang akan menjagamu. Mbak Tina, tolong jaga Nona Zea. Saya harus pergi," lanjutnya.

Axelsen keluar dari apartemen Zea dengan tergesa, Zea mengejar Ax dengan bantuan kursi roda.

"Axel."

Ax berhenti, namun tidak menoleh.

"Terima kasih." ucap Zea tersenyum manis. "Axel, kata sandi pintu 1203, aku harap kau selalu ingat tanggal pertama kita paca- "

"Aku pergi." potong Ax cepat tanpa menghiraukan senyum Zea yang seketika pudar.

"Hati-hati di jalan, Suamiku."

"Mbak Tina, tolong antar Zea ke pemotretan. Zea ingin foto memakai gaun pengantin."

🦩🦩🦩

"Mamen, kusut amat muka lo. Masih belum baikan sama Vio?"

Baikan? Flavio?

Axelsen bahkan lupa dirinya sudah mengingkari janji.

"Malem itu, dia gimana?"

"Gimana apanya? Ya pasti murunglah, lo gak tau aja seberapa dia berharap lo dateng. Lagian lo kemana sih?"

Kemana? Axelsen harus menjawab apa?

Malem itu gue nikahin Zea.

Begitukah harusnya Axelsen menjawab?

"Gue gak tau lo ada urusan penting apa. Tapi gue ingetin, Vio paling gak suka sama orang yang terlalu sibuk kerja."

Ax mengangguk, "gue tau."

Teo menepuk bahu Ax dua kali, "akhir-akhir ini Vio lagi sibuk sama kegiatan sosial karena penghargaannya kemaren."

"Lo harus pinter nyari waktu untuk ngobrolin masalah kalian. Fara juga gak selalu ada buat dia. Kan kita bentar lagi- "

"Gak usah dilanjut!" kesal Ax paham maksud cengiran Teo.

🦩🦩🦩

"KAK AX!"

Teriakan Rendy membuat semua kegiatan anak-anak panti terhenti. Mereka langsung berlari memeluk Axelsen.

Flavio yang baru keluar setelah berdiskusi dengan Ibu Panti mengernyit heran melihat adik-adiknya memeluk seseorang.

Ia mendekat ke kerumunan, terkejut melihat keberadaan Axelsen. "Sean?"

Ax mematung, senyumnya luntur, perasaannya kacau. Untuk pertama kalinya ... ia ragu menatap netra coklat terang Flavio yang indah.

"Anak-Anak, ayo masuk dulu. Waktunya makan," ucap Ibu Panti memberi ruang untuk Ax dan Flavio.

Sweet IndependentWhere stories live. Discover now