61. Flavio Bahagia

1.2K 55 4
                                    

Di sebuah perkebunan stroberi di Negeri Bunga Sakura, seorang gadis berambut sebahu sedang sibuk mencabuti hama.

Itu hukuman karena dua hari sebelumnya ia sempat membuat ulah dan hampir menggagalkan distribusi stroberi siap panen.

"Favo, cabut hamanya, bukan bibit stroberinya!" teriak seorang lelaki bercaping.

"Sudah kubilang berkali-kali jangan memanggilku dengan nama itu! Watashi no namae wa Higashino Flavio."

(Namaku Flavio Higashino)

"Vio desu. Oke?"

(Panggil aku Vio)

Lelaki yang tadi meneriaki Flavio mendesis, "punya dendam apa dengan nama Favo?"

"Bukan urusanmu!" balas Flavio menimpali Akeno, lelaki paling semena-mena yang pernah ia kenal.

Meski memiliki nama Akeno, Flavio lebih suka memanggilnya Suneo karena bibir lelaki itu mirip sekali dengan karakter Suneo jika sudah mengomel.

Dia adalah petani mandor di perkebunan stroberi ini. Disiplin dan tegas, tak terkecuali pada Flavio, cucu dari pemilik kebun sendiri.

"Kemarilah, cepat!" suruh Akeno tak sabaran agar Flavio duduk di sampingnya.

Karena kesal dengan perintah seenaknya itu, Flavio memukul tanah sampai tanah tersebut tidak sengaja masuk ke matanya.

Flavio memejamkan mata karena pedih, apalagi saat lensa matanya copot.

"Warna matamu memang jelek, terserah ingin menutupinya dengan lensa hitam. Tapi bisa tidak kau melepasnya saat di perkebunan?"

Kan, benar. Dia sudah mengomel, bibirnya manyun-manyun mirip Suneo.

"Suneo, aku ini sudah lelah, jangan selalu menindasku."

"Dasar manja!"

Lihat! Hanya mulut Aneko yang berani mengatainya manja.

"Dasar bibir Suneo!"

Flavio beranjak untuk mencuci tangan, lalu mengambil lensa mata baru dari saku celananya, dan memasangnya kembali.

Lensa mata warna hitam, lensa yang untuk saat ini lebih Flavio suka dari warna asli netra coklat terangnya, juga yang selalu seseorang suka.

Flavio bertanya kepada Aneko yang duduk di antara tanaman stroberi, "kau bawa apa?"

Aneko tidak langsung menjawab, ia sibuk dengan rantang. "Titipan dari Nini, katanya kau suka makan ini." ucapnya kemudian.

Pancake strawberry?

Flavio menatapanya tanpa minat, matcha dan pancake strawberry ... sudah lama Flavio tak makan dan minum keduanya.

"Suneo?"

Aneko tak menggubris, sibuk mengunyah pancake.

"Suneo!" Flavio mengguncang pundak Aneko, membuat lelaki yang tengah mengunyah pancake itu tersedak.

Flavio tertawa puas, tidak peduli pada pelototan tajam yang korbannya layangkan.

Setelah berhasil meredakan batuknya dengan matcha, Aneko berkata, "lusa ke luar kota untuk observasi. Kau ikut."

"Sungguh? Kau mengajakku jalan-jalan, Suneo?"

Aneko mendelik, "bantu-bantu angkat barang."

"Hah?!" hela Flavio kecewa. "Kejam!"

Aneko tersenyum tipis, sangat tipis. "Heh," panggilnya.

"Apa?" jawab Flavio galak.

"Besok ke salon."

Sweet IndependentWhere stories live. Discover now