53. Proklamasi Flavio

391 44 16
                                    

Hari sudah larut, kantor sudah sangat sepi. Namun Axelsen baru saja keluar dengan wajah lelahnya.

Sudah hampir seminggu lelaki itu disibukkan dengan pekerjaan kantor.

Berusaha menstabilkan lagi kondisi perusahaan yang sempat guncang akibat ulah Jinyang Group beberapa waktu lalu.

Kemarin pun Ax sampai harus menginap dua malam karena tidak sempat pulang. Benar-benar memakan waktu dan tenaga.

Bahkan di akhir pekan ia juga tidak memiliki waktu bersama Flavio. Tentu saja Ax merasa bersalah.

Oleh karenanya, sekarang ia ingin cepat-cepat sampai rumah. Beristirahat sejenak, lalu bangun untuk menghabiskan esok hari penuh bersama Flavio.

Sekitar dua jam lalu, Ax menghubungi gadis itu. Katanya sedang di rumah, menonton film.

Ax percaya, namun saat ia akan membuka pintu mobil, ponselnya berdering. Fara menelpon.

"Halo."

"Bos, Vio ditangkep Satpol PP. Sekarang lagi diurus di kantor."

🦩🦩🦩

"Saudara Flavio sudah boleh keluar."

"Terima kasih, Pak."

"Sama-sama."

Axelsen menghembuskan napas lega setelah ia menyelesaikan permasalahan Flavio dengan Kepala Satpol PP.

Lelaki itu menemui Flavio yang duduk memeluk lutut di sudut ruangan. Sungguh mengenaskan, mirip anak kucing kehilangan induk.

Ax menghampirinya, berdiri tepat di depan gadis itu. Flavio yang merasa didekati oleh sepasang sepatu yang sangat ia kenali, mendongakkan kepala.

"Sean?" ucapnya terkejut melihat siapa yang datang menyelamatkannya.

Flavio segera berdiri, "Sean, kok kamu yang ke sini? A-aku tadi nelpon Fara. Fara- "

"Sekarang Satpol PP juga nangkep gadis manis yang duduk diem nonton film di rumah?"

"Hah? Emm, a- aku ... aku tadi- " Flavio menggaruk belakang kepalanya. Ia menunduk, tidak berani beradu tatap dengan Axelsen.

"Mobil kamu mana?"

"Gak bawa mobil."

"Keluar rumah gak bawa mobil. Kemana?"

"Ck, kalo bawa mobil ya ketauan sama Hamdan dong- eh?" Flavio keceplosan.

Tatapan Ax semakin dingin, "kabur?"

"A- ish, enggak gitu, Sean ... " Flavio memilin ujung jas Ax.

Flavio takut melihat tatapan dingin Ax yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

"Aku antar pulang," ucap Ax lalu berbalik.

Namun setelah berjalan beberapa langkah, ia kembali menoleh. Mendapati Flavio yang masih diam tidak bergerak.

"Ayo," ucapnya lagi.

Flavio melihatnya takut-takut.

Pandangan Ax turun, melihat sebelah kaki Flavio yang telanjang tanpa sepatu. Ax menahan napas, takjub dengan tingkah gadisnya.

Tanpa pikir panjang ia segera menggendong Flavio seperti menggendong karung beras. Mengabaikan pekikan keterkejutan gadis itu.

Ax menurunkan Flavio di kursi samping pengemudi. Memasangkan sabuk pengaman lalu memutari mobil duduk di tempatnya sendiri.

Ax memejamkan mata sejenak, memijat pelipisnya yang pening.

"Sean," panggil Flavio lirih. "Sean jangan marah," bujuknya.

Sweet IndependentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang