46. Sean & Favo

378 70 42
                                    

Halo halo semuaaaa

Aku penulis pemula dan sadar kalo karyaku belum ada apa-apanya.

Tapi gercepnya kalian tuh bikin aku full senyum gitu loohh.

Mood aku lagi bagus hari ini. Dan Alhamdulillah ide pun lancar.

So, aku kembali bawa Ax dan Vio🤩 semoga suka yaa🥳

Happy reading😘❣

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

"Axelsen, lo tau gak sih, gue tuh suka kalo dipeluk sama lo, tangannya di genggam, rambutnya dielus-elus ... gue suka, Ax! Lo tau gak?"

Mungkin situasi yang tepat untuk dikatakan pada Axelsen saat ini adalah menang banyak.

Bagaimana tidak?

Dengan kondisi Flavio yang mengalami penurunan kesadaran dan halusinasi ringan seperti sekarang ... semua racauannya adalah kata-kata yang mungkin tidak akan pernah Ax dengar jika gadis itu sadar.

Jadi sekarang Ax bimbang. Ia harus berdoa untuk kesembuhan Flavio, atau seperti ini saja terus tidak apa-apa?

"Ax! Tapi gue gak suka ya kalo lo deket-deket sama Zea! Rasanya tuh gue pengen cakar-cakar mukanya gitu loh, Ax!"

Lagi, racauan Flavio membuat Ax yang sejak tadi setia menggenggam tangannya senyum-senyum sendiri.

Pipi putih Flavio sangat merah karena suhu tubuhnya yang masih di bawah normal. Matanya terpejam rapat, namun mulutnya tak berhenti meracau.

"Axelsen! Masa Zea pernah bilang gue gak tulus sama lo, coba! Emang dia tulus apa? Kalo orang tulus masa pake diomong-omongin. Iya, kan, Ax? Iya, kan?"

"Iya, Sayang, iya." balas Ax sekenanya.

Dalam ketidak sadarannya, Flavio tersenyum malu-malu. Apalagi ketika Ax mengecup tangannya, Flavio tersipu.

"Ax, tau gak?"

"Apa?"

"Di perut gue rasanya banyak kupu-kupu. Gue rasanya mau terbang."

Ax terkekeh, "jadi sekarang bidadari sayapnya di perut?"

"Iya, bidadari sayapnya di perut! Aaa aku bidadari!"

"Horee, Flavio bidadari!" dukung Ax.

Astaga, tidak ada yang waras di ruangan VIP ini.

"Ax, dingin ... " adu Flavio.

Ax berdiri dari duduknya, merapatkan selimut Flavio, sekaligus merapatkan tubuh dengan duduk di pinggir kasur.

Meniupi tangan Flavio yang sangat mungil di genggamannya. "Udah mendingan?"

Flavio mengangguk.

"Gak perlu skin to skin, kan?"

Tawaran berujung maut!

Flavio langsung mengangguk semangat, matanya terbuka. "MAUUU! Ayo skin to skin, Ax! Ayo!"

Sekarang Ax yang gelagapan. Apalagi ketika Flavio mulai membuka selimutnya, dan tangannya bergerak membuka jaket yang ia pakai.

"Flavio, Flavio, hei, aku bercanda."

"Aaa mau skin to skin!" rengek Flavio.

Ax menepuk mulutnya sendiri, "mulut laknat!"

Beruntung, Edgar datang di saat yang tepat.

Sweet IndependentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang