10. PCR

756 137 108
                                    

Terluka dan menangis tapi ku terima

Semua keputusan yang telah kau buat
Satu yang harus kau tahu
Ku menanti kau tuk kembali

Ho ho wo oh
Tinggalkan semua usai di sini

Ku tahu kau pun sama s'perti aku
Tak ingin cinta usai di sini
Tapi mungkin inilah jalannya
Harus berpisah ho oh

Berharap suatu saat nanti
Kau dan aku kan bertemu lagi
S'perti yang kau ucapkan
S'belum kau tinggalkan aku

Lagu selesai dan seperti biasa, tepuk tangan yang Flavio dapat. Semua hanyut dalam penyampaian pesan yang Flavio nyanyikan.

Gadis itu memang tidak bisa di ragukan dalam hal tarik suara. Di tambah visual yang sempurna, lengkap sudah sajian di atas panggung kecil di dalam Xelse Cafe ini.

Move on dari satu suasana yang Flavio ciptakan, pengunjung beramai-ramai mengajukan lagu lain, berharap Flavio mau menyanyikan.

Dan beruntung, gadis yang sedang duduk di kursi di atas panggung itu tengah dalam suasana hati yang baik.

Segera ia menganggukkan kepala sambil tersenyum semangat. Biarlah ia berlama-lama di sini, pekerjaan kantor sudah ia selesaikan, jadwal bertemu klien pun beres oleh Edgar.

Flavio menarik napas, berdehem kecil, bersiap memenuhi requets pengunjung. Namun saat ia mengecek stand microphone di depannya, mikrofon itu mati.

Lagi, Flavio mencoba. Masih tidak berhasil. Menyadari keadaan, sang pianis yang juga tangan kanan Ax di Xelse Cafe maju memeriksa.

Ia mengatakan mungkin mikrofon bermasalah dan akan mengeceknya. Jelas pengunjung kecewa, tapi itu bukan urusan Flavio karena sudah di tangani oleh tangan kanan Ax yang menyuruhnya untuk turun saja.

Satu nama terlintas dalam benak Flavio saat ia berjalan menuruni panggung.

Teo. Ya, siapa lagi.

Mikrofon semula baik-baik saja, lalu entah bagaimana mati tiba-tiba. Pasti ini ulah seseorang. Dan satu-satunya manusia usil yang kerap menjaili Flavio saat sedang bernyanyi adalah...

"Kucing bego yang doyan gorengan dua ribu tiga." Cetus Flavio yakin. "Hm, udah berani ternyata."

Berdasar pengalaman, Flavio sangat-sangat yakin jika ini ulah Teo. Jadi tanpa ragu gadis itu mencari keberadaan Teo di setiap sudut kafe.

Masuk pada sebuah ruang food lift, Flavio berhenti saat ekor matanya menangkap sepasang calon kekasih sedang bersendau-gurau menunggu makanan sampai.

For your information, Guys... Xelse Cafe memang menempatkan dapur dan meja saji di lantai yang berbeda.

Karena, Xelse Cafe tergolong kafe yang menyediakan bermacam board games yang sudah pasti menyita banyak tempat.

Untuk dapur berada di lantai dua, dan memanfaatkan food lift sebagai alternatif.

Oke, back to Teo.

Flavio bersandar pada kabinet dengan tangan terlipat rapi di depan dada. Mengamati sang tersangka yang malah asik cengar-cengir dengan sahabatnya. Flavio berdehem berkali-kali untuk mengalihkan atensi Fara dan Teo.

Tapi percuma. Dua manusia ini benar-benar seperti sejoli lupa daratan saat bersama.

Mm... oke, mungkin harus dengan cara lain.

Sweet IndependentWhere stories live. Discover now