Chapter 11: Initiative

89 23 12
                                    

Genggaman Ethan menenggelamkan tangan Eleanor saat gadis itu menerima ulurannya, sempat segan untuk sejenak. Pria itu menariknya duduk ke dalam pangkuannya-di paha kanan-bisepnya yang kuat menempel dengan punggung Eleanor. Kaki Eleanor tak lagi menyentuh lantai, dan panas tubuh Ethan membuatnya langsung diselimuti kehangatan.

Dalam posisi tersebut Eleanor bisa merasakan garis tubuh Ethan yang berotot, membuatnya terkesiap dan mundur seketika, menciptakan kecanggungan dari pihaknya. Reflek Ethan yang bagus membuatnya mengetatkan pegangannya pada gadis itu sebelum terjerembap ke belakang.

"Ada apa?" Ethan mengira kondisi Eleanor mendadak memburuk. Demam gadis itu belum sepenuhnya turun, tahu hanya dengan melihat wajahnya.

"Kamu... besar," bisik Eleanor, keceplosan. Ia langsung menyesali ucapannya, wajah merona malu.

Eleanor tahu ada perbedaan ukuran tubuh yang signifikan antara dirinya dan Ethan. Tinggi dan lebar pria itu melampaui orang-orang yang dikenal Eleanor. Tangan pria itu mampu mencakup pinggul hingga bagian dasar payudaranya tanpa usaha. Ethan membuatnya merasa seperti begitu kecil dan tak berdaya.

Paha pria itu juga menopang Eleanor dengan mudahnya, seperti gadis itu tidak memiliki berat yang berarti. Dada Eleanor yang lembut bisa merasakan keras dada Ethan dari balik tebal sweternya dan kemeja pria itu. Secara keseluruhan pria itu se-kokoh batu granit.

Tawa Ethan membuat Eleanor beringsut membungkuk guna menyembunyikan dirinya, kedua tangan menutup wajahnya yang kelewat merah.

"Dan kamu se-mungil peri hutan," balasnya. "Lagu apa?" Ada binar geli di mata pria itu melihat Eleanor yang gelagapan.

"Twinkle-Twinkle Little Star," cicit Eleanor, melemparkan sebuah judul yang hinggap di kepalanya. Tangannya di turunkan sedikit mendengar Ethan mendengus.

Ethan merasa tersinggung atas lagu itu. "Kamu meremehkan kemampuanku? Aku baru saja memainkan Waltz of Flowers, dan kamu memintaku memainkan Twinkle-Twinkle Little Star?"

"Dalam dua belas variasi Ah Vous Dirai-je, Maman," lanjut Eleanor, tawa kecilnya teredam oleh lengan baju melihat Ethan menyipitkan mata.

"Itu bukan pengucapan yang benar." Ethan mengulanginya dengan cara yang benar dan aksen Prancis sempurna.

Eleanor memutar kedua bola matanya, namun menyungging senyum kecil. "Aku menunggu laguku."

"Baiklah, Twinkle-Twinkle Little Star," balas Ethan. "Tapi hanya satu variasi." Ketika Eleanor hendak protes, ia menambahkan, "Pegangan padaku."

Sempat ragu, Eleanor terpaksa meletakan satu tangannya di bahu Ethan ketika pria itu mulai menggerakkan jemarinya di atas piano, membuat keseimbangannya sedikit goyah.

Sungguh pemandangan yang lucu sekaligus menyentuh, melihat pria seperti Ethan, pemilik tangan berkemampuan mengakhiri nyawa seseorang kini, dengan tangan yang sama memainkan sebuah karya yang dikenal sebagai lagu anak-anak.

"Kamu sungguh menyukai lagu ini?" Ethan sebenarnya muak dengan karya Mozart itu.

"Ini lagu pertama yang aku kuasai sewaktu pertama kali belajar bermain piano, punya tempat khusus di hatiku," jawab Eleanor, menyungging senyum penuh nostalgia. "Kamu nggak tahu gimana senangnya aku waktu bisa main piano."

Lagu Twinkle-Twinkle Star adalah lagu umum yang biasa dipelajari pada awal perkenalan saat belajar piano atau alat musik lainnya. Tetapi bagi Eleanor bisa berhasil menekan seluruh tuts dengan benar dan menghasilkan melodi yang indah adalah suatu kebanggaan. Ia masih ingat senyum kakeknya dan banjiran pujian beliau, seperti Eleanor baru saja memainkan sebuah mahakarya agung tak tertaklukan.

Dark SymphonyWhere stories live. Discover now