Chapter 30: Micah

69 22 37
                                    

Hanya 10-menit Eleanor bisa bertahan berada di boks VIP. Merasa bodoh karena Ethan meninggalkannya sendiri untuk menikmati klub. Lagipula bagaimana caranya menikmati hiburan malam jika hanya duduk di bangku tanpa melakukan apa-apa? Ia bisa tidak melakukan apa-apa di hotel saja. Rasanya juga justru menyedihkan berada di sana tanpa ada yang menemani, tidak menyenangkan sama sekali seperti yang ia pikirkan.

Jengkel, Eleanor akhirnya beranjak dari bangkunya dan turun ke bawah. Kalau Ethan bisa pergi seenaknya–dengan wanita cantik pula–maka ia juga berhak mencari cara untuk menghibur dirinya sendiri. Memang ia juga yang mendorong pria itu juga untuk pergi, tapi meski ditahan pun Eleanor tahu Ethan tetap akan pergi dengan Marina. Ia bukannya tidak peka hingga tidak bisa melihat betapa seriusnya Ethan ketika berbicara dengan Marina, ada sesuatu dan Eleanor tidak ingin ikut campur apalagi mengacaukannya.

Harapan bahwa pria itu hanya akan pergi untuk waktu singkat pun pupus. 10-menit bukanlah waktu yang terlalu lama, tapi Eleanor gelisah kalau harus duduk diam di tempatnya seperti teman kencan yang baru saja ditinggalkan kekasihnya. Ia berpikir ia bisa mencari hiburannya sendiri ketika turun ke bawah, namun ia justru bingung harus berbuat apa.

Lagu yang diputar belum membuat Eleanor ingin turun ke lantai dansa, dan dari jarak dekat terlihat tidak menarik baginya dengan lautan manusia di dalamnya. Ia akhirnya hanya berjalan mengitari klub, melihat dan mengawasi aktifitas yang terjadi. Banyak sekali Eleanor menemukan pasangan bercumbu di pojok ruangan yang gelap karena nyaris tak tersentuh lampu, membuatnya sedikit kikuk. Selebihnya Eleanor memperhatikan seluruh ruangan sambil menggerakkan kepalanya mengikuti irama musik, tidak ingin terlihat bodoh atau amatiran di tengah klub.

 Selebihnya Eleanor memperhatikan seluruh ruangan sambil menggerakkan kepalanya mengikuti irama musik, tidak ingin terlihat bodoh atau amatiran di tengah klub

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hai," sapa sebuah suara.

Eleanor menoleh, dan mendadak menghentikan langkahnya agar tak menabrak laki-laki yang muncul di hadapannya. "Hai," jawabnya ragu, berupaya menembus suara dentuman musik seperti orang yang menyapanya.

Jaket kulit lelaki itu tidak asing bagi Eleanor. Kemudian diikuti oleh rambut pirang gelap–lebih gelap dibanding Oscar–ditata dengan kesan berantakan tapi rapi. Eleanor kurang bisa menangkap warna mata yang sebenarnya, yang pasti berwarna gelap.

"Mike." Lelaki itu memperkenalkan diri, satu tangan terulur. "Siapa namamu?"

Meski Mike terlihat ramah, Eleanor merasa ia harus tetap waspada. "El." Ia turut memberikan tangannya.

"El dari apa? Elizabeth? Eloise?" tebak Mike, tersenyum lebar dan tidak melepaskan tangan Eleanor. "Mike dari Micah untukku."

"Eleanor."

"Eleanor," ulangnya, lalu membawa tangan dalam genggamannya ke bibir, mengecup buku jemari lentik milik Eleanor. "Nama yang cantik untuk gadis yang cantik. Pleasure to meet you."

Pipi Eleanor sedikit berubah warna karena tidak terbiasa diperlakukan demikian, mungkin kecuali oleh Ethan. Dengan bisikan yang tenggelam oleh musik klub, ia membalas dengan mengucapkan terima kasih dan salam perkenalan.

Dark SymphonyWhere stories live. Discover now