Chapter 29: Clubbing

81 21 20
                                    

Hari sudah berganti sore saat mereka berdua kembali ke hotel. Ethan menyarankan Eleanor pergi massage karena gadis itu mengeluhkan kakinya yang sakit karena telah berjalan jauh. Eleanor menyetujuinya dan membiarkan dirinya dimanjakan lagi di spa.

Sepulangnya dari spa Eleanor memilih tidur di kamarnya, mengembalikan tenaga untuk acara malam yaitu, clubbing. Beberapa jam kemudian Ethan membangunkannya–meski sulit–untuk makan malam, membutuhkannya jika ingin selamat hingga pagi. Dengan penampilan berantakan dan mood jelek, Eleanor mengikuti Ethan dan makan bersamanya.

Mereka masih sempat menonton satu film sebelum bersiap-siap ke klub malam dengan santai, berencana berangkat pukul 11 malam. Karena ini pertama kalinya Eleanor pergi ke klub ia harus mencari referensi pakaian melalui internet dan dari sana ia bisa memilih gaun dari deretan pakaian yang ada. Setelah mendapatkan sepatu yang cocok, ia lalu mengenakan gaun pilihannya.

Ia keluar dari kamar pakaian beserta sepatu dan tas, lalu duduk di meja rias dan mulai melapisi wajah dengan make-up. Rambutnya dibiarkan tergerai, namun dijinakan dengan mousse hingga tertata rapi. Puas dengan yang ia lihat di cermin, segera Eleanor memasang sepatu dan memasukkan barang-barang ke tas mungil, lalu keluar.

Ethan sedang menuangkan wine ke dalam gelas ketika Eleanor memasuki ruang tengah. Gadis itu begitu bangga dengan dirinya dan merasa cantik hingga memberikan putaran untuk Ethan dan mengangkat salah satu kakinya ketika berhenti, mengerling genit, berdiri di hadapannya dengan senyum lebar.

"Gimana penampilanku?"

Mata biru Ethan menyipit

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Mata biru Ethan menyipit. "Apa yang kamu kenakan?"

"Gaun," jawab Eleanor apa adanya, menaikkan alis karena Ethan terlihat tidak terlalu senang. "Apa kita bakal berdebat soal pakaianku lagi?"

"Hanya memastikan kamu akan nyaman mengenakan gaun seperti itu di klub," jawabnya, menutup kembali botol anggur dan memberikan salah satu gelas pada Eleanor, yang diterima dengan senang hati.

Gaun satin yang Eleanor kenakan terbilang pendek, tidak sampai menutupi setengah pahanya, dengan tali yang bisa diatur kerutannya di bagian pinggul. Kerah melengkung cukup dalam, meski tak sampai menampilkan celah di antara dadanya, dan hanya ditunjang oleh tali bahu tipis. Punggungnya terbuka dengan tali temali.

Eleanor menyesap anggurnya perlahan. "Aku berani pakai baju begini soalnya ada kamu. Kalau sendiri aku nggak bakal mau," ujarnya. "Lagian aku pilih warna ini supaya matching sama mata kamu." Ia terkekeh, merona sendiri dengan kejujurannya.

Ethan tertegun sejenak, mencerna pujian terselubung di dalam kata-kata gadis itu, kemudian mengarahkan gelasnya sendiri ke mulut, menyembunyikan seringainya, tersanjung. Eleanor merasa aman bersamanya hingga tidak khawatir orang lain akan macam-macam, dan secara tidak langsung ingin menyesuaikan penampilannya dengan pria itu.

Cute, pikirnya.

"Apa itu artinya aku harus membawa senjataku malam ini? Aku yakin akan banyak lelaki yang akan mencoba mencuri perhatianmu."

Dark SymphonyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora