Chapter 19: Kidnapping

79 21 11
                                    

Angin yang berhembus kencang di lapangan terbang, hingga beberapa anak rambut Eleanor berlarian ke segala arah. Angin itu juga yang mengisi kebisuannya, termenung mendengar ajakan dari Ethan, seperti tidak mungkin pria itu baru saja mengatakannya.

Mengapa pula Ethan mengajaknya?

Pria itu masih sama seperti terakhir kali ia melihatnya. Masih tetap tinggi menjulang hingga memberikan bayangan yang melindungi Eleanor dari paparan sinar matahari langsung. Masih tetap lebar seperti bisa menyembunyikan Eleanor dalam dekapannya dan tidak akan ada yang tahu.

Masih tetap tampan.

Masih tetap tidak bisa ditebak.

"Dengan segala hormat, Pak, saya menolak." Eleanor tidak mungkin menerima undangan tersebut, terlalu mencurigakan dan Ethan adalah pria dengan sejuta misteri yang tak ingin ia singkap. "Saya permisi pulang."

"Tetap menolak walaupun tujuan liburannya ke Austria?" tanya Ethan pada punggung Eleanor yang menuju kembali ke mobil. Ada geli di dalam suaranya.

Langkah Eleanor berhenti.

"Vienna."

Eleanor menoleh dari balik bahunya.

"Wina, biasa disebut oleh orang Indonesia."

Kini Eleanor berbalik hingga mengahadap Ethan yang hampir tersenyum penuh kemenangan.

"Apa kamu menyukai Beethoven 9th Symphony?"

"Ya," bisik Eleanor. Tentu saja ia menyukainya.

"Akhir pekan depan akan ada konser yang menyajikan simfoni itu."

"Masa?"

Ethan mengangguk. "Kamu tahu Vienna, surganya musik klasik. Setiap hari selalu ada konser, opera, bahkan pertunjukan teater dan balet."

"Mh-hm, aku tahu itu," ujar Eleanor, setengah bermimpi.

"Mau ikut denganku?"

Hingga sejengkal lagi ia akan terjerat bisikan iblis, namun Eleanor menutup matanya sebelum kakinya bisa mengambil langkah mengikuti Ethan. Ia harus berpikir jernih dan tidak membuat dirinya terjebak dalam masalah lagi. Ia baru saja keluar dari mulut singa, dan mulut buaya bukan tempat tujuan selanjutnya.

"Nggak bisa." Eleanor lalu menjawab tatkala Ethan bertanya mengapa. "Karena aku liburan denganmu itu nggak pantas. Kamu atasanku. Aku juga masih harus kerja hari ini, kamu tahu itu. Dan yang terpenting, kenapa aku yang kamu ajak? Aku yakin kamu bisa menemukan orang lain yang lebih pantas buat diajak liburan."

"Aku sudah menyuruh Ida untuk mencari penggantimu minggu ini." Ethan menyeringai melihat Eleanor yang tercengang. "Dan minggu depan," tambahnya lagi.

"Kenapa kamu melakukan itu!?" seru Eleanor.

"Karena aku bosnya."

Eleanor menghempaskan tangannya ke udara dengan gerakan putus asa. "Astaga. Kamu nggak bisa melakukan hal seenaknya cuma karena kamu bosnya. Itu namanya kamu menyalahgunakan kekuasaan."

"Aku bisa dan sudah kulakukan," balas Ethan, ringan. "Aku mengajakmu karena ini adalah hadiah untukmu dariku."

Eleanor membeku. "Hadiah untuk apa?"

Salah satu bahu pria itu terangkat. "Kenaikan kelasmu, menjadi pegawai kecilku yang hebat, atas kemenanganmu di lomba tempo hari. Kamu pilih sendiri. Kamu menyabet beberapa prestasi akhir-akhir ini maka, kupikir kamu layak mendapatkan sedikit... kesenangan."

Ada gelembung bangga yang berterbangan di dalam diri Eleanor mendengarnya. "Apa kamu mengajak semua pegawaimu yang kamu pikir pantas mendapatkannya?"

Ethan menggeleng. "Biasanya aku menyuruh Oscar untuk memesan paket liburan dan memberikannya kepada yang bersangkutan."

Dark SymphonyWhere stories live. Discover now