Chapter 26: Seeds of Fire

79 22 11
                                    

Selepas konser dan encore, Ethan tidak langsung mengajak Eleanor keluar tapi menunggu kamera–yang tadi siang ia beli–diantarkan oleh seorang petugas gedung. Ethan menyuruh Eleanor untuk berdiri di dekat balkon, membelakangi panggung.

Eleanor tertawa melihat Ethan yang justru terlihat antusias untuk memotretnya tapi, ia tidak bisa menolak karena ini mungkin akan menjadi kesempatan satu-satunya mendapatkan bukti bahwa pernah menginjakkan kaki di Musikverein.

Dengan memberikan senyuman terbaiknya, Eleanor menatap lensa dengan luapan perasaan gembira tiada tara. Tak hanya senyum, ia bukan membuat beberapa ekspresi seperti kesal, sedih, dan menjulurkan lidahnya. Ethan menangkap semua itu ke dalam memori kamera dan otaknya.

"My pretty, little fairy," bisik Ethan setelah Eleanor menyudahi sesi pemotretan mereka, agak risih karena masih banyak orang yang mengantri untuk keluar.

'Dan kamu se-mungil peri hutan.'

Kenangan itu menghantarkan kehangatan istimewa pada Eleanor, bersarang di perutnya bersama champagne, mengingat bagaimana rasanya berada di pangkuan pria itu.

Eleanor membiarkan dirinya direngkuh dan dahinya dikecup lagi oleh Ethan, lalu dipandu menuju pintu keluar. Selama perjalanan menuju meja penitipan, Eleanor berpose di beberapa titik bagian gedung yang menurutnya menarik.

"Graben?" ajak Ethan setelah mereka mengambil tas Eleanor di penitipan barang dan menuju keluar gedung.

Dengan lengan terselip di pinggang pria itu, Eleanor mengangguk antusias. "Ayo kita buktiin omonganmu."

Nicklaus sudah menunggu di samping mobil dan mengantar mereka ke Graben. Pada jam 10 malam kota Wina bisa dikatakan sudah sepi dibandingkan kota-kota besar lainnya. Sudah banyak toko yang tutup dan restoran pun sudah mulai bersisiap-siap

Demikian juga Graben.

Namun tempat itu tetap terlihat hidup dengan untaian lampu di antara dua gedung besar yang mengapit jalan besar Graben, dengan sebuah lampu gantung yang dipertemukan di tengahnya. Dekorasi itu tidak hanya berada di satu titik, melainkan di sepanjang jalan, setiap sekitar 10meter.

Saat itu langit sudah gelap dan pancaran cahaya keemasan memberikan nuansa redup yang romantis selama mereka berdua berjalan menyusuri Graben

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat itu langit sudah gelap dan pancaran cahaya keemasan memberikan nuansa redup yang romantis selama mereka berdua berjalan menyusuri Graben. Tangan Ethan di bahu Eleanor yang lengannya melingkari pinggang pria itu, melangkah dengan lambat dan membiarkan keheningan mengisi di antara mereka.

"Kamu kedinginan?" tanya Ethan, merasakan lengan Eleanor sedikit bergetar.

Eleanor menggeleng, tahu itu disebabkan oleh sentuhan pria itu di kulitnya yang telanjang. Justru ia merasa hangat dengan Ethan di sampingnya, ditambah lagi masih ada sisa-sisa panas matahari. "Aku akuin kalau malam tempat ini lebih cantik."

Ethan tidak menjawab, hanya meremas Eleanor lembut.

"Tapi anehnya aku nggak lihat lampu-lampu ini tadi siang," gumamnya dengan kernyitan di dahi.

Dark SymphonyWhere stories live. Discover now