Chapter 16: A Push

79 24 15
                                    

Hingga hari Festival Seni diselenggarakan Eleanor sama sekali tidak menceritakan perbincangan dengan Thedore kepada teman-temannya, bahkan Samuel. Eleanor sudah berjanji bahwa apa yang mereka bahas adalah rahasia, bukan topik yang bisa seenaknya diumbar.

Namun melihat Eleanor yang murung membuat mereka khawatir.

Bobi sampai mendatangi Theodore di sudut sepi sekolah bersama Monica, Raka, dan Samuel, untuk memastikan tidak terjadi perkelahian. Akan tetapi mulut Theodore pun sama terkuncinya dengan Eleanor, membuat para juniornya frustasi. Edward terpaksa harus menengahi dengan alasan Theodore memiliki masalah pribadi dan mereka harus menghormatinya.

Yang lebih mencengangkan selain suasana hati kelabu Eleanor yaitu, gadis itu tidak lagi meminta diantarkan ke hotel sepulang sekolah oleh Samuel. Sahabat selama empat tahun itu tak mampu menggali penyebab Eleanor terlihat stres; Samuel bisa melihat dari lingkaran hitam di bawah matanya. Pemuda itu pun dibuatnya bingung dan hilang akal untuk membujuk Eleanor.

Selama pembukaan Festival Seni dengan marching band dan tarian yang mengelilingi lapangan sekolah yang luas, Eleanor sama sekali tidak menampakkan senyum. Eleanor menyukai perannya dalam marching band karena melibatkan musik yang riang gembira, akan tetapi ia justru terlihat seperti tidak ingin berada di sana. Awan mendung yang berada di atas kepalanya membuat beberapa orang menjauh.

Awalnya Raka dan Samuel menemani Eleanor berkeliling sekolah untuk menikmati festival, tetapi tim panitia membutuhkan tambahan tenaga laki-laki untuk membantu mereka dan terpaksa harus mematuhi perintah senior. Sementara Bobi dan Monica terlibat dalam festival dan tidak banyak bisa berinteraksi dengan yang lainnya.

Lomba piano merupakan acara yang diselenggarakan pada sore hari, mendekati penutupan festival. Banyak waktu yang dimiliki oleh Eleanor hingga saat itu tiba. Namun setelah mendatangi galeri karya seni tempat Bobi bernaung dan menonton drama, Eleanor akhirnya memutuskan menyendiri di laboratorium kimia setelah makan siang.

Duduk di samping jendela yang terbuka dengan tirai yang berkibar Eleanor menikmati udara panas yang berhembus dari luar, menerpa wajahnya dan meringankan aroma menyengat di ruangan itu. Dari dalam tas ia mengeluarkan sebuah alat musik bernama Kalimba, terbuat dari kayu dan sederet lempengan logam. Itu adalah alat musik yang relatif kecil hingga bisa dibawa kemana-mana tanpa sepengetahuan ayahnya.

Denting logam yang berdenting merdu mengisi laboratorium kala kedua ibu jari Eleanor bergerak sesukanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Denting logam yang berdenting merdu mengisi laboratorium kala kedua ibu jari Eleanor bergerak sesukanya. Ia tidak memainkan sebuah lagu, hanya membiarkan melodi dan tempo mengalun apa adanya. Menjadi bentuk sebuah ekspresi atas hiruk pikuk yang mengisi pikiran dan hatinya.

***

"Kamu dan laboratorium. Tidak kusangka si penggila piano akan berada di sini."

Eleanor telah beberapa jam menyendiri dan tak ada keinginan untuk beranjak dari tempatnya, ponselnya pun ia diamkan. Tas dan Kalimba berada di atas meja, dengan matahari yang mulai melembut tatkala dua jam lagi akan terbenam. Gadis berambut ikal itu menoleh, siku menopang dagunya yang diletakan di atas telapak tangan.

Dark SymphonyWhere stories live. Discover now