Chapter 22: Sweet Sparkling Tipsy

93 21 16
                                    

Perlahan tapi pasti rona merah menyebar dari pipi hingga ke leher dan telinga. Dengan gumaman pelan Eleanor permisi ke toilet dengan gerakan tergesa. Kedua tangannya menangkupkan wajahnya yang panas sambil berjalan secepat yang ia bisa.

Kabur ke mana saja asal bisa menjauh dari pria itu.

Eleanor berbelok tajam ke kiri setelah mendengar Ethan meneriakkan arahan. Kesal karena pria itu sudah membuatnya kacau, ia menjawab dengan jari tengah. Dan entah bagaimana ia tahu dirinya sedang ditertawakan di belakang.

Di toilet Eleanor membasuh wajahnya yang kelewat merah. Penyesalan dan malu yang ia tanggung saat itu begitu besar hingga ia mengerang putus asa di depan cermin, mengundang tatapan bingung beberapa orang. Ia tahu tidak seharusnya menatap Ethan seperti ia menatap air mancur coklat cair.

Sejak awal bertemu Eleanor tahu Ethan tampan dan memiliki tubuh indah tapi, ia juga sudah terbiasa melihat itu di SMA Khatulistiwa. Ia seharusnya sudah kebal dengan laki-laki berparas menawan.

Lalu mengapa Ethan berbeda? Mengapa pria itu mampu mempengaruhinya? Memporak-porandakan seluruh susunan jiwa dan raganya tanpa mengetahui identitas perasaan yang perlahan menyelusup.

Jika terus begini, Eleanor tidak tahu apakah jantungnya masih akan berdetak hingga akhir pekan.

Tak ingin berlama-lama dan menghambat antrian, Eleanor memutuskan kembali dengan langkah lambat. Namun seberapa banyak pun ia berharap, jarak antara mejanya dan toilet tidaklah jauh. Dalam waktu singkat ia bisa melihat Ethan, masih duduk dengan santai dan pelayan yang melayani mereka berdiri di samping meja.

"Eleanor," panggil Ethan yang menoleh ke arahnya dengan ditemani seringai tipis. Ia kemudian memberi sinyal dengan tangan untuk mendekat.

Sang pelayan juga ikut menatap kedatangan Eleanor dengan ekspresi yang tidak sama bersahabatnya ketika mengobrol dengan Ethan.

"Ada apa?" tanya Eleanor setelah berdiri di dekat Ethan, menatap pria itu dan sang pelayan bergantian.

Tanpa menggubrisnya, Ethan menarik pinggul Eleanor hingga mereka menempel. Tubuh Ethan yang jangkung membuatnya wajahnya tetap sejajar dengan gadis itu meski dalam posisi duduk. Dengan merasa tidak berdosa pun pria itu lalu berbicara pada sang pelayan.

 Dengan merasa tidak berdosa pun pria itu lalu berbicara pada sang pelayan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah bertukar beberapa kalimat singkat, sang pelayan pun pergi. Selama mereka berinteraksi Eleanor sadar bahwa namanya disebut-sebut, satu-satunya kata yang ia pahami. Penasaran, ia akhirnya mengulang pertanyaannya seraya Ethan mendorongnya kembali ke bangkunya.

"Dia mengajakku kencan dan," Ethan mengangkat secarik kertas. "Memberiku nomor teleponnya."

Eleanor takjub. "Berani sekali. Hebat."

"Sebelum kamu minum, makan dulu itu." Ethan menunjuk keranjang kecil yang berisikan bermacam roti isi. "Jangan minum minuman keras dengan perut kosong atau setelah minum obat."

Dark SymphonyWhere stories live. Discover now