Chapter 32: Hangover

74 23 26
                                    

Hal pertama yang ditangkap oleh mata Eleanor setelah terbangun dari lelapnya adalah sebuah bidang dengan otot keras di bawah salah satu tangannya, kepala tersangga nyaman dan diselimuti oleh kehangatan. Pencahayaan redup, tak ada lampu yang menyala hanya diterangi oleh mentari keras kepala yang berhasil menembus pori-pori kain tirai. Posisi dan kondisinya membuat gadis itu merasa berat untuk terjaga, ditambah ruangan tampak seperti melayang.

Kelopak Eleanor nyaris tertutup kembali, namun membelalak ketika menyadari bahwa ada seseorang di sampingnya, bernapas dan hidup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kelopak Eleanor nyaris tertutup kembali, namun membelalak ketika menyadari bahwa ada seseorang di sampingnya, bernapas dan hidup. Gelagapan, ia menyangga tubuh dengan salah satu siku dan benaknya seketika menyalakan alarm bahaya tatkala melihat wajah mantan malaikat, tampak tentram dan pulas. Dadanya terpampang tanpa busana, dan Eleanor tidak ingin tahu apakah pria itu mengenakan celana dibalik selimut yang menutupi bagian pinggang ke bawah. Melihat pria itu berada di satu ranjang yang sama dengannya saja sudah membuat Eleanor panik.

Belum juga bisa mencerna keberadaan Ethan di sampingnya, kepala Eleanor lalu tersengat menyakitkan. Begitu sakit hingga ia mendesis dan memejamkan matanya erat-erat, ibu jari menekan pelipis guna meredakan dentuman di kepalanya.

Tak berhenti pada sakit kepala, Eleanor kemudian merasakan isi perutnya bergejolak. Ia benar-benar merasa tidak enak badan. Tidak yakin bisa menahan mual, ia bergegas lari ke kamar mandi, mengabaikan gerakannya yang tergesa membuat perutnya semakin berontak, memaksa kakinya yang seperti jeli untuk bekerja.

Pintu kamar mandi bisa dikatakan terbang menabrak dinding, menciptakan suara keras yang mengakibatkan dentuman di kepala Eleanor bertambah parah, seperti kepalanya membesar menjadi dua kali lipat. Namun ia berhasil berlutut di depan toilet dan mengeluarkan isi perutnya. Semakin banyak ia muntah, semakin sakit kepalanya hingga sudut mata Eleanor basah.

Genggaman Eleanor pada sisi toilet begitu erat hingga buku jarinya memutih, semua ototnya menegang, dan tanpa waktu lama lidahnya pegal. Kerongkongan Eleanor terbakar oleh asam yang berasal dari lambungnya, hidung mulai berair, sementara bokongnya membeku di lantai. Melalui matanya yang berkaca-kaca Eleanor menatap isi toilet yang berwarna dan beraroma tidak patut untuk disaksikan oleh siapapun selain pemiliknya.

Dua tangan besar mengumpulkan ikal rambut Eleanor yang berantakan ke belakang, menggenggamnya dengan lembut agar tak menghalangi atau kotor. Ethan lalu mengusap pungung gadis itu dengan tekanan minimal, menyebarkan kehangatan di tengah kesejukan kamar mandi dan keringat dingin yang diderita Eleanor saat itu, seperti sebuah anugerah.

"Ma...af," gumam Eleanor disela ritualnya, merasa malu bukan main dan tidak bisa apa-apa selain menyerah pada kebaikan Ethan.

af," gumam Eleanor disela ritualnya, merasa malu bukan main dan tidak bisa apa-apa selain menyerah pada kebaikan Ethan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Dark SymphonyWhere stories live. Discover now