Chapter 15: The Ugly Truth

79 21 18
                                    

Misty Café merupakan tempat langganan Eleanor dan teman-temannya berkumpul. Letaknya cukup dekat dengan sekolah, hanya membutuhkan waktu 15-menit menggunakan kendaraan, dan sekitar 25-menit ke Gemstone Palace. Kafe itu jugalah yang menjadi tempat tujuan Eleanor dan Theodore.

Bobi, Monica, Raka, dan Samuel duduk di meja yang agak berjauhan dengan mereka, itupun setelah diusir oleh Eleanor. Mereka juga ingin tahu alasan mengapa Theodore berkomplot dengan Rebecca jika memang pemuda itu sebenarnya tidak ingin melakukannya. Namun Eleanor tahu Theodore memiliki alasan pribadi yang tidak untuk di dengar oleh banyak orang, maka ia menyingkirkan teman-temannya.

Karena Eleanor dan Theodore sebelumnya tidak dalam satu lingkup pergaulan, keduanya termenung diam hingga minuman pesanan mereka datang. Kafe itu cukup ramai oleh para remaja yang memiliki jam sekolah yang sama dengan mereka, mengisi keheningan di antara senior dan junior yang duduk di sudut ruangan. Suasana mereka canggung, meski tidak terlalu berlebihan hingga ketegangan bisa membuat kulit tersengat.

Theodore melirik teman-teman Eleanor yang juga tanpa malu memperhatikan mereka dengan mata tajam. Ia tidak bisa menyalahkan teman-teman Eleanor atas sikap permusuhan yang diterimanya, itu wajar setelah kecurangan yang dilakukannya. Dalam hati ia sebenarnya bersyukur karena mereka masih cukup sopan dan tidak memuntahkan segala umpatan atau ancaman.

Theodore tidak menyukai pertikaian.

Bobi juga terkenal seantero sekolah karena sikapnya yang bisa berubah 180derajat jika sudah marah. Sudah 2orang menjadi korban gigi patah disebabkan oleh bogem mentah pemuda itu.

"Lo sudah tahu kalau gue sepupu jauh Becca, kan?" Theodore memulai percakapan setelah menyeruput es kopi.

Eleanor mengangguk. "Iya, Jessy yang kasih tahu."

Theodore meyilangkan lengan dan meletakan siku di atas meja, postur tubuh agak membungkuk. "Keluarga Purnama itu mirip piramid, dan bokap Rebecca yang paling di atas, keluarga utama. Sementara bokap gue ada di urutan ketiga di piramid ini. Perannya nggak terlalu penting, ada buat mendukung keluarga utama," paparnya agar Eleanor lebih memahaminya. "Semenjak bokap gue meninggal yang nafkahin keluarga gue adalah keluarga utama. Gue anak tunggal dan nyokap gue nggak bisa jadi tulang punggung karena nggak pernah kerja. Nyokap sudah biasa hidup enak dari kecil dan keluarganya anggap kami itu tanggung jawab Purnama."

Purnama adalah keluarga yang sudah terkenal kaya raya semenjak tahun '60-an. Keluarga itu memiliki bisnis tambang batu bara yang besar, ditambah lagi beberapa diantaranya juga masuk ke bidang lain seperti politik, hukum, dan seterusnya. Mereka seperti sebuah dinasti tua dengan kekuasaan besar, memiliki cakar yang begitu dalam di tanah Ibu Pertiwi.

Sorot mata Theodore semakin kelam dan penuh sesal. "Waktu bokap gue berpulang, satu hal yang ditakutin nyokap gue adalah hidup miskin karena nggak ada lagi yang cari nafkah. Ketakutannya nggak normal, kadang sampai histeris kalau kartu kreditnya sudah mencapai batas." Theodore menggosok tenguknya, sedikit malu. "Nyokap suka belanja barang-barang mahal setiap hari, dimanjain di salon, liburan ke luar negeri. Dia nggak mau pakai baju yang sama dua kali, kecuali benar-benar suka."

"Timbal balik dari semua nafkah yang dikasih keluar Becca adalah gue sama nyokap jadi boneka keluarga Purnama. Becca bisa cabut semua aliran dana kalau dia sedikit saja nggak suka sama gue atau nyokap." Theodore berhenti sejenak untuk menikmati minumannya, meski lidahnya seperti mati rasa. "Waktu Becca nyuruh gue nggak bolehin lo daftar, gue sempat nolak karena gue merasa itu nggak etis sebagai KETOS. Tapi nggak berapa lama gue dapat kabar kalau nyokap gue diusir dari butik karena histeris semua kartu kreditnya ditolak. Setelah gue tahu itu ulah Becca, gue akhirnya terpaksa menuhin perintahnya."

Dark SymphonyWhere stories live. Discover now