Bagian 05

1.6K 109 2
                                    

-Selamat Membaca-

Di sebuah rumah mewah yang terdiri dari tiga lantai, ada keluarga yang sedang menikmati makan malam dengan tenang seperti biasanya.

Liano menatap anak sulung dan bungsunya bergantian.

"Bagaimana meeting tadi siang Lan, apa berjalan lancar?"

Alan menoleh sekilas ke arah Ayah nya. "Baik Pah, seperti biasanya. Berjalan dengan lancar" Sahutnya ringan lalu kembali menyuap makanan kedalam mulutnya.

Pria paruh baya itu tersenyum simpul mendengar penuturan dari Alan. Anak sulungnya itu memang bisa di andalkan Jika menyangkut tentang perusahaan yang sudah ia rintis sejak lama.

Lalu tatapannya beralih ke ke depan. Ke arah Kirana, anak bungsunya. Gadis muda itu sedang makan sambil melihat kartun melalui layar Ipad nya. Sesekali tawa gadis itu terdengar di ruangan tersebut. Benar-benar tak mencerminkan seorang perempuan yang anggun dan sopan.

"Papa mendengar, kamu lagi-lagi mendapatkan peringkat kedua" Liano meletakkan sendoknya, dan kembali menatap Kirana.

Kirana menghentikan kekehannya saat mendengar kalimat yang di utarakan oleh Ayahnya. Jarinya mematikan layar Ipad nya dengan rasa dongkol. Kirana mengetahui pertanyaan itu memang di tujukan padanya. Tak mungkin kakaknya yang sudah lulus kuliah dan bekerja yang mendapatkan pertanyaan seperti itu.

Lama-lama Ia muak Jika harus terus mendengar ceramah dari Papanya yang selalu menuntut dirinya agar mendapatkan nilai sempurna. Di kira mudah apa mendapatkan peringkat satu. Peringkat satu? Cih.

Mengingat itu membuatnya langsung teringat dengan satu nama orang yang membuatnya benci setengah mati.

Jaka.

Lelaki itulah yang selalu meraih peringkat satu. Makanya Kirana sangat tak menyukai Jaka. Ia selalu mengganggap Jaka adalah musuh dan saingan berat yang pantas di singkirkan.

Dirinya selalu di tuntut untuk belajar dan belajar. Ia bahkan mengikuti les private yang tentunya di himpun oleh guru-guru berkualitas tapi tak pernah sekalipun ia berhasil menggeser Jaka dari peringkat satu.

"Kamu masih belum bisa menggeser posisi anak beasiswa itu? Apa kamu yakin sudah belajar dengan giat? Apa Jangan-Jangan kamu bolos dari les mu?" Tanya Liano bruntun dengan penuh kecurigaan.

Kirana menutup matanya perlahan untuk meredakan emosi yang sering timbul Jika tengah berbicara dengan Ayah nya. "Kamu dengar apa tidak? Pertanyaan yang saya tanyakan tadi?" Bentak Liano lantang.

"Ayu dengar Pah"

"Lantas?"

"Pah, Jadi peringkat satu itu gak mudah, Ayu rajin kok belajar. Ayu Juga gak pernah bolos les. Dan untuk mendapatkan peringkat satu itu butuh usaha. Dan sekarang Ayu lagi berusaha kok!" Tutur Kirana tenang, Ia berusaha agar tidak terbawa amarah.

"Jika kamu berusaha, kenapa kemarin kamu lagi-lagi mendapatkan peringkat dua! Kamu memang tidak bisa di andalkan sebagai anak! Bahkan kamu kalah dengan anak beasiswa itu! Dimana letak usaha mu Ayudia?!" Geram Liano, urat-urat di lehernya terlihat menyembul.

Kirana tak dapat menahan amarahnya lagi. Ia balas membanting sendok yang ada di piringnya hingga menimbulkan suara yang lumayan keras. Ayahnya kembali membanding-bandingkan dirinya dengan Jaka.

KEMBALI JATUH KE BUMI(TAMAT)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora