Bagian 12

1.3K 102 7
                                    

-Selamat Membaca-

Jaka mengayuh sepedanya perlahan-lahan memasuki kawasan Perumahan Golden Kencana. Ia sudah di perbolehkan masuk oleh Security di post Jaga, yang awal mulanya, mencegatnya ketika ingin masuk melalui gerbang. Jaka mengira bisa masuk ke dalam dengan bebas. Namun, ternyata hanya pemilik rumah dan tamu yang sudah di konfirmasi yang bisa masuk kedalam perumahan elit tersebut.

Perumahan ini mempunyai keamanan yang sangat ketat. Jaka kembali berdecak kagum,

Jaka yang tak tau apa-apa, hanya mengatakan ingin mengantarkan tas temannya yang tinggal di sini. Mulanya Security itu tak percaya, namun saat Jaka menyebutkan nama lengkap Kirana, ia langsung di perbolehkan masuk ke dalam gerbang.

Menelusuri Jalanan komplek yang terlihat lenggang. Lelaki itu berdecak kagum saat menatap bangunan-bangunan yang di laluinya. Berharap, suatu hari nanti bisa mempunyai rumah sebagus itu. Hidup bahagia bersama Kirana dan anak-anak yang lucu, Jaka berusahanmenahan agar bibirnya tak tersenyum dengan pikiran absurdnya.

Dari semua rumah yang di laluinya. Hanya rumah Kirana, yang terlihat paling besar dari rumah lainnya. Halamannya setara dengan lapangan bola yang ada di sekolah mereka, sangat luas.

Jaka memberhentikan sepedanya tepat di dekat taman bunga yang pas berada di seberang rumah Kirana. Ia sedikit ragu untuk mendekati rumah itu. Sepertinya ada acara di dalam rumah Kirana, karena banyak Ibu-ibu yang bertandang ke rumah tersebut. Belum lagi banyak mobil yang terparkir rapi di halaman rumah itu. Mobil bermerek yang tentunya sangat mahal.

Bingung, itulah yang Jaka rasakan. Ia mau mengembalikan tas Kirana. Namun, ia merasa malu mendekati rumah tersebut. Tapi, kalau tidak di kembalikan, gadis itu pasti akan kerepotan mencari barang-barangnya.

Apalagi ia sempat melihat ponsel gadis itu ada di dalam tas. Ponsel? Jaka langsung teringat dengan keadaan ponselnya yang layarnya retak parah. Ia tersenyum kecut, mengingat ponsel itu ia beli dari hasil membantu Pak Romy mengangkati kayu-kayu ke dalam Truk saat ia masih kelas sembilan smp. Sudah tiga tahun lebih ponsel itu menemaninya.

"Jaka ya?"

Jaka tersadar dari lamunannya saat mendengar suara lembut dari Wanita yang ia kenal, Saira. "Iya Tante." Balasnya sopan,

"Mau ketemu sama Kirana?"

"Gak Tante, saya cuma mau balikin tas nya Kirana. Soalnya tadi ketinggalan di kelas." Sahutnya. Kemudian tangannya terulur untuk memberikan tas itu kepada Saira.

"Kenapa Kirana lupa bawa tasnya pulang ya? Aneh." Gumamnya pelan, kemudian tersenyum ke arah Jaka. "Terimakasih ya Jaka. Kamu baik banget sih, Mau nganterin sampai depan rumah." Balasnya lembut, tangannya menyambut tas yang di berikan oleh Jaka.

Jaka tersenyum mendengar perkataan Saira. "Iya Tante, sama-sama. Kalau gitu saya pulang dulu ya Tante. Permisi."
Pamitnya sopan, bergegas pergi dari hadapan Saira. Jaka mendorong sepedanya, belum beberapa meter ia pergi, namanya kembali di panggil oleh Saira.

"Jaka tunggu!" Saira memanggil, hingga Jaka menoleh kembali ke belakang. "Ada apa Tante?" Sahutnya, kemudian menstandarkan sepedanya untuk ke pinggir.

"Jaka, ayo mampir dulu." Saira melangkah mendekati lelaki itu,

Jaka terdiam selama beberapa detik, kemudian menggelengkan kepalanya. "Terimakasih, tapi saya mau pul-"

"Jaka, ayo mampir sebentar." Potong Saira, dengan raut memelas.

"Minum dulu ya di dalam. Tante tadi bikin kue banyak banget. Kamu cobain ya resep terbaru yang Tante buat. Nanti Kamu kasih komentar enak apa gak kue buatan Tante" Jelasnya kembali, sambil menyeret pemuda itu untuk masuk ke dalam rumahnya. Jaka hanya pasrah saat tangannya di tarik masuk ke dalam rumah Kirana.

KEMBALI JATUH KE BUMI(TAMAT)Where stories live. Discover now