Bagian 21

1.2K 88 28
                                    

-Selamat Membaca-

Ini lebih dari 4000 kata, saya harap kalian kuat baca sampai akhir. Terimakasih🤍

CEKLEK

Pintu terbuka dari dalam, menampakkan Lelaki muda yang saat ini sudah rapi dengan pakaian santainya. Aura tampannya, tampak menyeruak saat mengenakan kaus hitam dipadukan
dengan celana yang serupa.

Diperhatikannya tempat itu dan sama sekali tidak mendapati, dimana keberadaan Kirana. Perasaannya, beberapa menit yang lalu, Ia masih mendengar suara Gedoran di pintu kamarnya yang dilakukan secara brutal tanpa jeda.

Lalu, dimana Kirana saat ini?

Jaka memutuskan untuk turun kebawah melalui elevator dirumahnya, sekalian mencari keberadaan Kirana. Sepanjang menuruni lantai menggunakan lift, Jaka dapat menatap area rumahnya secara langsung dikarenakan lift itu full kaca. Permukaan kaca yang Glossy dan transparant membuat lift itu tampak mewah.

Tepat setelah lift itu mendarat di lantai dasar, wajah judes Kirana lah yang terpajang di depannya. Dikarenakan Gadis itu sedang duduk di sofa yang langsung menghadap ke arah pintu lift.

Gadis itu beranjak dari duduknya, sembari bersidekap dada. "Lo punya lift, tapi Lo bawa Gue ke Kamar Lo naik tangga," Dumelnya tidak terima atas perlakuan Jaka padanya. Akibatnya, tubuhnya terasa amat Lelah.

"Jak-"

"Lupa." Jawabnya Cuek. Kemudian Lelaki itu melintasi Gadis itu, tanpa ada niat untuk meluruskan permasalahan mereka sebelumnya. Padahal Kirana mau meminta maaf,

"Jaka," Teriaknya, supaya Lelaki itu mau berbalik ke arahnya, tapi ternyata tidak. Karena kesal, Kirana mau tak mau ikut menyusul Jaka yang saat ini sudah berada di luar rumah. Ia buru-buru berlari mengejar Jaka yang sudah terlihat hampir mendekati Gerbang. "Jaka, Lo mau kemana?"

Kirana terus berlari cepat sampai tidak menyadari, jika sebuah batu berhasil membuat sepatunya terantuk dan akhirnya tubuhnya jatuh kedepan.

Bruk

Luka baru kembali terbeset di lututnya. Terluka seperti itu, tidak membuatnya merasakan kesakitan di situasi saat ini. Tapi, perasaan malu lah yang lebih mendominasinya serta membuatnya mati-matian menahan umpatan, kala matanya bersirobok dengan mata Lelaki itu.

Diujung sana, Jaka tampak biasa saja, tak ada kepanikan di raut wajahnya. Namun, Ia buru-buru berjalan mendekati Kirana. Kirana semakin dilanda rasa malu yang meluap, saat menatap Jaka yang sedang berjalan ke arahnya.

Bisa-bisanya ia jatuh dalam keadaan tertelungkup kedepan. Mau diletakkan dimana wajahnya saat ini. Kirana juga heran, kenapa dirinya akhir-akhir ini sering jatuh.

"Aw," Kirana berupaya untuk berdiri, akan tetapi rasa pedih di lututnya, justru kembali membuatnya jatuh ke tanah.

Naas, luka di lututnya ternyata bukan berada di satu tempat, tetapi di kedua lututnya yang kini sudah dialiri oleh darah. Darah yang mengalir dari luka.

Tiba-tiba sebuah tarikan di bahunya mampu membuat tubuhnya berdiri. Dan kembali bertumpu pada tanah. "Ceroboh." Celetuk Jaka, menatap Kirana yang tampak cemberut.

"Lo penyebabnya." Sahutnya asal-asalan. Dirinya kan jatuh karena mengejar Lelaki itu. Jadi, menurutnya tetap Jakalah pihak yang bersalah.

Jaka tak meladeni perkataan Kirana, tatapannya hanya tertuju pada luka di lutut Gadis itu. "Luka Lo harus cepat-cepat dibersihin," Jaka menatap mata Kirana yang tampak memerah, siap menjatuhkan air matanya.

"Kita balik kerumah," Putus Jaka.

Kirana mencoba untuk berjalan kembali tanpa bantuan dari Jaka, karena menolak tak mau dipapah oleh Lelaki itu. Sementara Jaka, berjalan membuntutinya dari arah belakang. Berjaga-jaga, takut Gadis itu kembali terjatuh.

KEMBALI JATUH KE BUMI(TAMAT)Where stories live. Discover now