Bagian 14

1.2K 97 9
                                    

-Selamat Membaca-

Kirana turun dari Taksi yang di tumpanginya dengan sempoyongan. Ia hampir terhuyung ke belakang saat berdiri di depan gerbang rumahnya.

Beruntungnya ia berhasil menahan keseimbangan tubuhnya.

Gadis itu merasa geram saat teringat dengan Sopir pribadinya tak bisa datang ke sekolah dan membuatnya terpaksa harus memesan Taksi Online yang beraroma Stella Jeruk. Saat di dalam mobil, kepalanya sangat pusing karena menghirup aroma pengharum itu terlalu lama. Karena, hidung membutuhkan udara segar yang alami.

Kirana mati-matian menahan keinginan untuk muntah. Tapi syukurlah, Kirana berhasil menahannya sampai di rumah.

Menghela napas pelan, Kirana membuka gerbang rumahnya yang tertutup. Selama hidupnya, ini pertama kalinya ia mendorong gerbang rumahnya yang ternyata sangat berat. Ia lumayan kelelahan mendorong gerbang tinggi tersebut.

Matanya menoleh ke depan, saat melihat sesuatu yang aneh.

Napas Kirana mendadak tercekat saat menatap asap hitam mengepul dari halaman rumahnya. Gadis itu berlari menghampiri asal-usul dari asap hitam itu. Ia terbatuk keras saat sebagian asap itu masuk melalui hidungnya hingga rongga dadanya terasa sesak dan perih. Namun itu tak seberapa,

Hatinya terasa berkali-kali lipat lebih perih dengan apa yang ia tatap sekarang. Semua alat lukisnya, mulai dari Kanvas, Kuas dan cat airnya telah masuk ke dalam kobaran api. Api itu melahapnya hingga tak tersisa. Entah siapa yang berani menyentuh barang-barang miliknya.

Perlengkapan melukis tersebut, Kirana beli dari hasil menabungnya dari kecil. Sekarang, ia bertanya-tanya? Orang gila mana yang berani membakar barang-barangnya!

Matanya berkaca-kaca dengan lelehan air mata yang membasahi kedua pipinya. Ia baru pulang sekolah dan merasa Lelah. Justru saat sampai di rumah, gadis itu disuguhi dengan barang-barangnya yang di bakar, tanpa kehendak dirinya.

Membuatnya langsung tersulut api amarah. Ia merasa geram saat pandangannya Jatuh pada sebuah lukisan yang sudah terbakar setengah. "Lukisan Gue." Lirihnya.

Kirana susah payah membuatnya dan menyelesaikannya hampir sebulanan lebih. Dan kini, hanya akan menyisakan abu yang tentunya tak bisa dekap.

Lukisan pertamanya. Lukisan yang ia buat diam-diam di sela waktu belajarnya. Lukisan yang disembunyikannya di kolong tempat tidur. Dan kenapa bisa sampai di temukan!

"Siapa yang bakar barang-barang aku!" Tanyanya, Kirana menoleh ke kanan dan kiri. Tak ada seorang pun yang berada di sekitarnya. Hanya dia seorang.  "Bik Pipin! Sini cepat!" Teriaknya geram. Seorang Wanita paruh baya keluar dari dalam rumah dengan langkah terburu-buru sambil menenteng sebuah sendok sayur.

Wanita itu menatap takut ke arah Kirana yang terlihat ingin melahap orang. Seragamnya sudah berantakan dengan rambut yang kusut berantakan. "Iya Mbak Ayu, kenapa ya manggil Bibi?" Tanyanya sepelan mungkin agar tak menyulut kemarahan gadis di sebelahnya.

Kirana menoleh ke kiri dengan pandangan menusuk, membuat Wanita itu di landa kegelisahan. Ia takut Kirana mengamuk seperti dulu. Wanita tersebut memalingkan tatapannya ke depan, mencari penyebab dari kemarahan gadis di sebelahnya. Pandangannya Jatuh pada kobaran api di depannya.

Ah! Sekarang Ia tahu apa penyebab Tuan Putri di sampingnya ini marah.
"Bik! Siapa yang berani bakar barang-barangnya Ayu?" Tekan Kirana, suaranya terdengar bergetar menahan tangis. Wanita itu hanya bisa diam meneguk ludah takut. "Bibi enggak tau Mbak, siapa yang bakar."

Mata gadis itu memicing tak suka. "Jangan bohong! Cepat bilang siapa yang bakar?"

"Anu Mbak-"

"Anu-anu apaan sih! Buruan bilang siapa?" Sela Kirana cepat, ia sedikit Jengkel dengan Wanita paruh baya di sebelahnya. Berani sekali ia berbohong dan menyembunyikan sesuatu darinya.

KEMBALI JATUH KE BUMI(TAMAT)Where stories live. Discover now