Bagian 08

1.2K 84 0
                                    

-Selamat Membaca-

•••

Hari ini kelas XII Ipa satu sedang mengadakan pengambilan nilai praktik untuk mapel olahraga. Sedangkan di sisi lain, Kirana menguap lebar karena mengantuk, matanya menyorot ke arah teman-teman sekelasnya yang sedang sibuk berlatih untuk pengambilan nilai praktik bola Volly.

Kirana berdecak pelan, mereka hanya membuang-buang waktu dan energi. Kebetulan Pak Jandra, selaku guru olahraga terlambat hadir. Jadi Kirana bisa duduk leluasa tanpa gangguan apa pun.

Mata bulatnya menyorot suasana sekitar. Begitu ramai dan berisik karena siswa-siswi kelas XII Ips tiga, tengah mengikuti mapel yang sama, hanya saja berbeda guru penghimpun. Kirana menoleh malas ke samping tubuhnya, mendengus sebal mendengar tawa cekikikan yang berasal dari sebelahnya.

Devina tengah bergosip heboh bersama sepupunya, Kayla Andari. Kebetulan gadis itu sekelas dengan mereka berdua. Hari ini cuaca cukup terik, namun tak sedikitpun gadis itu berniat mengikat rambutnya.

Hanya Kirana, yang membiarkan rambutnya tergerai indah di cuaca yang cukup panas itu. Siswi lainnya sudah mengikat tinggi rambutnya masing-masing karena merasa kegerahan.

"Lo gak gerah Kir? Rambut pake digerai segala!" Celutuk Devina pelan, dari tadi ia risih dan berancang-ancang ingin mengikat rambut sahabatnya. Kirana punya alasan kuat mengapa ia tak pernah menggerai rambutnya disekolah, alasan yang tak bisa ia ceritakan pada siapapun. Kecuali ketika dirumah, ia akan lebih leluasa mencepol rambutnya setinggi harapan Devina yang katanya ingin menjadi Idol Kpop terkenal.

Kirana kembali menguap lebar. Ia merasa sangat mengantuk.

Cuaca yang panas dengan angin sepoi-sepoi Justru membuatnya merasakan kantuk yang luar biasa. Tak biasanya ia seperti ini. Kirana lagi-lagi kembali menguap lebar tanpa malu akan diperhatikan orang lain.

Matanya terbuka setelah menguap dan langsung bertubrukan dengan mata tajam yang berada di seberangnya. Jaka, tengah menatapnya dari bawah pohon beringin didepan Kirana.

Jaka hanya diam menatap lurus ke arah Kirana tanpa memperdulikan candaan beberapa temannya disamping tubuhnya. Bahkan, Argan telah rebahan santai di atas rumput.

Kirana buru-buru membuang pandangannya. Ia cukup malu karena tertangkap basah tengah menguap lebar, apalagi yang melihatnya adalah Jaka. Orang yang tak disukainya. Orang yang dibencinya. Musuhnya. Saingannya.

Sedangkan Jaka mengulum senyum geli melihat tingkah gadis di seberangnya. Ia memang dari tadi sudah mengamati Kirana. Bukan, tapi dari dulu ia sudah mengamati Kirana.

"Dipandangin mulu, kalau suka tuh bilang. Nanti keburu diambil orang, baru nyesel." Argan bersiul nyaring setelah menggoda teman karibnya yang dari tadi hanya diam memperhatikan gadis yang ia sukai.

"Lo lupa? Gue kan udah pernah di tolak waktu itu." Balas Jaka tanpa mengalihkan pandangannya dari Kirana. Ia tak ingin Kirana hilang dari pandangannya.

Argan duduk dan merangkul bahu temannya dan mulai berbicara pelan. "Jangan nyerah, itu prinsip gue kalau Jadi Lo. Enam bulan lagi kita bakal lulus dari sekolah dan belum tentu Lo bisa lihat Kirana sepuasnya kayak sekarang. Daripada Lo nyesel nantinya mending Lo ungkapin lagi perasaan Lo ke dia. Barangkali dia berubah pikiran. Tapi, ada tapinya ya. Kalau dia tetap sama kayak waktu itu. Ya, terpaksa Lo harus paksa dia buat nerima perasaan Lo." Ungkap Argan sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

Ia cukup kasihan melihat sahabatnya yang dari dulu hanya mengemis cinta kepada seorang gadis sombong seperti Kirana.

Jaka menoleh. "Sesuatu yang di paksakan itu gak akan berakhir baik."

KEMBALI JATUH KE BUMI(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang