Bagian 17

1.2K 94 6
                                    

-Selamat Membaca-

Senandung pelan terdengar kala seorang gadis tengah menuruni undakan tangga rumahnya. Hatinya sedang berbunga-bunga karena sudah mendapatkan sepatu yang sudah ia idam-idamkan sejak beberapa bulan yang lalu. Kini, sepatu model terbaru tersebut telah terpasang manis di kedua kakinya.

Sesampainya Kirana di ruang makan, senyumnya menyurut berganti dengan garis lurus. Tak ada satu pun orang yang dijumpai di sana. Kecuali seorang wanita paruh baya yang tengah membawa mangkuk sayur.

"Selamat pagi Mbak Ayu" Sapanya ramah. "Mbak Ayu, mau sarapan apa?"

Tawarnya setelah menaruh mangkuk itu di atas meja makan. Tatapan gadis itu menyorot pada makanan yang terasa sangat penuh di atas meja. Lagi-lagi ia menghela napas lelah, saat dirinya kembali makan sendirian tanpa adanya keluarga.

"Yang lainnya kemana?"

"Papanya Mbak, udah berangkat tadi subuh ke luar kota-"

"Kota mana?" Sanggahnya, terdengar nada marah dari suara Kirana.

"Kalau gak salah ke Semarang Mbak." Sahut Bibi Pipin.

Kirana menyeringai sinis, Semarang ya? Pasti Ayahnya sedang menyambangi kediaman Nenek penyihir itu. Mengingat pernah di perlakukan dengan buruk, membuatnya menggertakkan giginya geram. Ia sangat membenci Ibu dari Ayahnya itu. Kirana merasa tak salah saat menyebut Wanita paruh baya tersebut dengan panggilan "Nenek tiri".

Karena memang Wanita itu bukan Nenek kandungnya, alias Ibu tiri dari Ayahnya.

"Kalau Mama? Kak Alan?" Kirana kembali bersuara.

"Nyonya tadi pagi udah berangkat juga ke Rumah sakit, katanya ada pasien yang harus di operasi secepatnya. Kalau Mas Alan, kayaknya belum pulang dari tadi malam, sepertinya lembur di kantor."

"Emang tadi masak apa aja?" Balas Kirana, sambil mendudukkan dirinya di atas kursi. Ada rasa hampa di hatinya, saat menatapi kursi-kursi yang kosong.

"Tadi Bibik masak ayam kecap, nasi goreng, Udang asam manis, sayur lodeh sama cumi goreng." Jelasnya, mengabsen semua masakannya. "Mbak mau yang mana?"

"Nasi goreng deh," Sahutnya malas. "Hmm, tambah cumi gorengnya satu ya bik."

"Baik Mbak."

Selagi menunggu makanannya di siapkan, Kirana memilih untuk membuka ponselnya. Menggulir pelan layar ponselnya. Cukup lama dirinya menatap layar ponsel yang itu-itu saja. Kirana merasa sangat bosan saat tak menemukan sesuatu yang bisa memperbaiki moodnya yang hancur.

Ting

Notif pesan dari Devina membuyarkan lamunannya, dengan malas-malasan Jarinya menyentuh notif tersebut.

DevinaAdinia :

Kirana, Gue melting banget tau! Nggak tahan, ngelihat pesonanya si Jaka.

Dia ganteng pake banget. Lo buruan berangkat deh.
Gue Jamin Lo bakal meleleh kaya es krim.

KiranaAyudiaNaqzim :

Alay dek!

Kirana menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan-lahan. Pandangannya menyorot kesal dengan pesan yang di kirimkan Devina. Tanpa membuang waktu lagi, Kirana segera mematikan layar ponselnya, melemparkan benda canggih itu ke dalam tasnya.

KEMBALI JATUH KE BUMI(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang