9. Pernikahan Sempurna

416 26 0
                                    

Acara sakral yang diselenggarakan di Hotel The Ritz-Carlton, bernuansa winter sangat meriah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Acara sakral yang diselenggarakan di Hotel The Ritz-Carlton, bernuansa winter sangat meriah. Persiapan pernikahan yang dilakukan satu hari begitu sempurna. Jessie sekretaris asal Jerman itu, sungguh cekatan dan pintar dalam segala hal.

Wanita yang kecantikannya begitu sempurna berbalut gaun putih bertabur berlian. Namun kesedihan dihatinya tak dapat ia sembunyikan. Ia begitu ragu melangkahkan kakinya. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh. Kegugupan yang dirasakan malam itu begitu hebat. Terlintas dibenaknya untuk melarikan diri.

Dengan gemetaran Revela memanggil Mina yang ada disampingnya. "Mina ...."

"Iya Non," sahut Mina sang pelayan Pierre yang kini menjadi pelayan pribadi Revela.

"Mina ... cepat kau ambilkan obat penenang di tasku!" ucap Revela sambil menggigit kuku jemari tangannya.

Mina mengambil obat itu dan memberikannya pada Revela. "Ini Nona ... tenanglah jangan gugup."

Dengan cepat Revela menelannya. Mina memberinya minum. "Mina ... aku tak sanggup. Bawa aku lari dari sini! Semua tabungan yang ku punya akan kuberikan untukmu. Cukup untuk membangun sebuah perusahaan desain interior. Bukankah kau menginginkannya?"

Mina terdiam. Dia tergiur tawaran Revela. Memang itu cita-citanya selama ini. Ketika Mina akan mengiyakan, datanglah pria paruh baya.

"Kenapa kau tak kunjung keluar? Ayolah jangan gugup, Ayah akan mendampingimu menuju altar!"

"Ta-tapi Ayah aku-"

"Ayolah Sayang, semua orang sudah menunggumu! Kasian nak Pierre!"

Revela tertegun memperhatikan raut wajah Henry yang sudah terlihat banyak kerutan. Sang ayah menatap nanar putrinya.

"Kau tak kan membatalkan pernikahan ini, bukan?" Henry menatap sedih. "Ayah sudah tua ... jika bukan karenanya, keluarga kita sudah hancur."

Revela sangat menyayangi ayahnya. Semenjak ibu kandungnya meninggal, ia begitu depresi. Tak ingin kehilangan orang tuanya kembali. Gadis itu mengurungkan niatnya untuk kabur. Dengan tegar Revela membulatkan tekadnya. "Baik Ayah ... aku akan menuruti keinginanmu!"

Buliran air mata jatuh dari pelupuk mata pria paruh baya itu.

"Kenapa Ayah menangis?" Revela menghapus air mata ayahnya.

"Ayah bangga melihat putri ayah yang sangat cantik!" Henry tersenyum. Buliran air mata lolos berjatuhan menghiasi wajah ayah dan putrinya.

 Buliran air mata lolos berjatuhan menghiasi wajah ayah dan putrinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BLIND OBSESSIONWhere stories live. Discover now