30. Mata Kucing

170 26 0
                                    

Malam itu ... aku tidur nyenyak. Kurasakan tubuhku begitu hangat dan nyaman. Kubuka mataku perlahan. Kutemukan tanganku pada dada bidang seorang pria. Kupejamkan kembali mataku dan kurekatkan tubuhku memeluknya karena pelukannya yang terasa sangat hangat dan nyaman. Aku terperanjat, baru sadar jika saat ini tubuhku tengah telungkup diatas tubuhnya.

"Kau sudah bangun?" ucapnya tersenyum menatapku.

"I-iya."

Aku tak bisa menyembunyikan wajah maluku yang begitu kentara. Aku pun beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi mempersiapkan diri untuk meninggalkan hotel ini secepatnya.

*

Tiga pekan berlalu sudah ... dari hari pertama kami meninggalkan Belgia. Aku dan Justin menetap di Belanda menikmati hari-hari yang penuh kedamaian. Kami tak menginap di hotel yang sama, karena takut jika kami terlacak.

Saat ini, aku dan Justin berada di pantai yang terletak di kawasan Belanda Selatan. Kami menginap tak jauh dari pantai dengan menyewa sebuah rumah. Membuat kami merasa aman dibandingkan hotel yang sangat mudah dilacak.

"REVELA!!"

Tiba-tiba seseorang memanggilku dengan girang. Aku menoleh kearahnya. Kutemukan sosok pria manis menatapku dengan senyuman lebarnya yang khas memperlihatkan deretan giginya yang rapi yang selalu membuat hatiku berdebar dan ikut tersenyum lebar.

"JUSTIN!!!" teriakku. Aku tersenyum menatapnya dan berlari menghampirinya.

Kami berjalan bersama di sepanjang pesisir pantai melihat keindahan laut. Kami pun duduk di tepi pantai memandang hamparan laut biru membuat hati ini begitu damai.  Hembusan angin bergemuruh dan ombak berdeburan, membuatku sejenak melupakan semua persoalan hidup.

Kami saling bertukar cerita mencurahkan segala isi hati, hingga waktu tak terasa begitu cepat berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami saling bertukar cerita mencurahkan segala isi hati, hingga waktu tak terasa begitu cepat berlalu. Tiba-tiba Justin mencium pipiku. Aku terkejut menatapnya. Pemuda itu secepatnya memalingkan wajah. Mungkin ... untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Aku mencintaimu Revela. Aku tak berharap meminta balasanmu. Karena aku tau perasaan itu bukanlah milikku. Namun jika kau bersamaku ... aku janji, aku tak kan membuatmu menderita!"

Jantungku seakan berhenti mendengar pernyataan cintanya.

"Apa aku tak salah dengar? Kau bilang apa tadi?" ucapku tak percaya.

"Aku mencintaimu Revela! Aku mau kau menjadi milikku dan ikut aku ke Amerika! Kita menetap disana, membangun sebuah resort di dekat pantai. Dan itu impianku! Pasti sangat menyenangkan melewati hari-hari bersamamu, membesarkan anak-anak kita-"

"STOP!" Aku memotong perkataannya. "Apa kau sudah gila? Aku wanita yang sudah bersuami! Tak mungkin aku bersamamu! Dan sedikitpun tak punya perasaan apapun padamu! Aku menganggapmu sebatas teman saja tak lebih!"

"Tapi kau begitu menderita bersamanya! Dia tak waras! Selalu kasar padamu! Bahkan diranjang pun kau sangat menderita hingga perutmu begitu kesakitan! Dia menyiksamu dengan cara seperti itu! AKU TAK TERIMA! AKU AKAN MEMBUNUH PRIA GILA ITU!!"

BLIND OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang