29. Pencarian

178 26 0
                                    

Pierre, Markus dan Jordi melakukan perbincangan yang serius di rooftop setelah mereka selesai makan bersama.

"Untuk sementara ... saya mempercayakan Jessie yang memegang perusahaan di Indonesia." Markus menenggak wisky.

"Aku tak suka padanya!" Ucapan Pierre membuat Markus terdiam. "Cara dia menatapku seperti ... ah lupakan!"

"Saya tau dia punya perasaan terhadap anda."

"Aku hanya mencintai istriku! Jangan menyerah teruslah berusaha mendapatkan hatinya! Bukankah itu yang selalu kau sarankan padaku?" Pierre terkekeh.

"Tuan. Apa ada yang mencurigakan dengan nyonya akhir-akhir ini?"

"Dia hanya tak bosan meminta cerai membuatku selalu emosi. Dan sekarang aku malah kehilangannya! Aku telah melakukan kesalahan besar. Aku begitu cemburu! Begitu banyak pria yang menginginkan istriku!"

Suasana mendadak sunyi hingga suara detak jam tangan Markus terdengar.

"Tuan. Sebenarnya ... tuan Lander adalah mantan kekasih nyonya di masa lalu," ungkap Jordi tiba-tiba.

"APA? Kenapa kau baru mengatakannya padaku?!"

"Itu karena nyonya keburu menghilang. Saya tak sempat menyampaikannya pada Tuan!"

"ARRGGH!! BRENGSEK!!" Pierre mendengus kesal. "Apalagi yang kau tau tentang si Belgian itu?"

"Dia berasal dari Kanada bukan Belgia. Karena dia menikah dengan nyonya Lawrenson akhirnya menetap di Belgia demi menjalankan bisnis Lawrenson. Dia orang yang misterius sangat sulit untuk diselidiki. Rekam jejak di masa lalunya sebagian terhapus."

"Aneh. Tuan Lander begitu misterius. Dibalik wajah dinginnya, aku yakin dia memiliki niat jahat! Tuan sebaiknya hati-hati! Jo kau terus selidiki dia!" ujar Markus.

Jordi mengangguk. "Kita kembali ke topik! Dari CCTV hotel, terlihat nyonya membawa koper sendirian dengan hoodie yang menutupi kepala. Tak mungkin diculik. Melihat keterbatasan bahasa nyonya, pasti ada seseorang yang membantunya! Orang yang patut dicurigai ada 3 orang. Alfian, Justin dan tuan Lander!"

"Siapa Justin?" Markus bingung.

"Hanya orang serampangan!" kesal Pierre.

"Pemuda yang baru dikenal nyonya! Namun mereka terlihat begitu dekat!" imbuh Jordi.

"Oke. Kalau begitu kita mulai dengan pak Alfian! !" sahut Markus.

Jordi menyeringai. "Aku tau hotel dimana si Korean itu menginap!"

Tanpa membuang waktu, mereka bergegas menuju hotel dimana Alfian menginap.

*

Brussels Hotel


02.15 a.m.

Alfian baru saja tertidur setelah seharian larut dalam kesedihan. Tiba-tiba suara langkah kaki puluhan orang membangunkannya. Ia terperanjat. Menggosok-gosok matanya berharap hanya mimpi. Naas nasib buruk menimpanya. Tanpa rasa kasihan Pierre terus menghantam pemuda berpiyama hitam itu tanpa henti.

"Cukup Tuan hentikan! Dia sudah terluka parah!" Markus melerai.

Pierre berhenti memukul lalu mencengkeram pakaian Alfian. "DIMANA ISTRIKU BRENGSEK?!!"

Dengan wajah lebam dan darah yang mengucur dari hidung, Alfian berusaha tetap sadar. "Apa maksudmu? Aku tak mengerti!"

"REVELA MENGHILANG!!! PASTI KAU YANG MENYEMBUNYIKANNYA BUKAN?!" teriak Pierre lantang hingga urat lehernya terlihat.

BLIND OBSESSIONWhere stories live. Discover now