26. Kabur

270 27 1
                                    

"MOMMYYYYYYY!!!! HEEEEEEEEEEEEELP!!!!!"

"HEEEEELP!!!!!! HELP MEEE!!! SOMEONE PLEASE HELP MEEEEEEEEEE!!!!"

Gadis kecil terus berteriak dan menangis, berharap seseorang menyelamatkannya. Tiba-tiba seseorang dengan sangat keras memukul kepala pria itu dari arah belakang menggunakan sebuah balok besar hingga pingsan. Mereka berlari meninggalkan gedung.

*

Revela terbaring tak sadarkan diri bermandi peluh. Potongan mimpi buruk selalu menghantuinya. Untuk bisa hidup normal di masa kecilnya dirinya menjalani psikoterapi agar masa lalu buruknya terhapus karena gangguan mental yang dialaminya.

Matanya perlahan terbuka. Tenggorokannya terasa kering karena semalaman terlalu banyak menjerit. Ia mencoba meraih air putih di atas nakas.

PRANG
(Suara gelas kaca pecah)

Wanita itu memegang perutnya. Area perut bawahnya terasa sakit. Ia pun terisak mengingat pria yang begitu dicintainya telah menjadi milik orang lain. Hatinya begitu terluka. Netranya berpendar mencari sosok pria yang semalam menggagahinya dengan kasar. Ia menghirup napas lega. Sungguh beruntung suaminya tak ada. Revela menghubungi Justin.

"Justin ... ayo kita kabur!"

Justin : "APA??"

"Aku tunggu kau di Stasiun Metro Bourse sekarang juga!"

*

STASIUN METRO BOURSE

Wanita itu dengan sabar menunggu pemuda yang membuatnya selalu tersenyum.

"REVELA!" Seseorang meneriakinya dengan napas terengah-engah. Revela menengok kearahnya. Sinar kebahagiaan terpancar dari wajah perempuan itu. Revela berlari memeluk Justin.

"Kau sudah yakin dengan keputusanmu?"

Revela mengangguk. "Aku sudah tak ingin bersama pria gila itu!" Revela melepas pelukan. "Dia tak mau menceraikanku! Tak ada jalan keluar selain kabur!"

Justin menatapnya. Tak dipungkiri jauh di lubuk hatinya ada perasaan senang. Tatapannya kini beralih pada pipi wanita itu.

"Apa pria itu memukulmu?"

Revela membisu.

"Jawab Revela!!" Justin mengguncang pundaknya.

"Sudahlah Justin! Itu masalah rumah tanggaku. Kau tak harus tahu!!"

Apa dia tak bahagia dengan pernikahannya??

Justin mengepalkan tangan. "Baiklah ... maafkan aku! Apa kau sudah tau kemana kau akan pergi?"

"Sedari kecil aku ingin sekali melihat hamparan bunga tulip!"

"Jika kau ingin ke Amsterdam, kau harus ke Antwerpen naik kereta dari sini. Baru dari sana naik kereta thalys biar tak memakan waktu!"

"Kau akan menemaniku kan?"

Justin terdiam.

Aku bisa saja membawanya kabur ke Amerika tapi keluargaku takkan bisa menerimanya jika statusnya masih istri orang! Kakakku bisa membunuhku!

"Aku mohon bawa aku lari dari sini!"

"Membawa lari istri orang suatu kejahatan! Suamimu begitu arogan, dengan sifatnya dia bisa saja memenjarakanku dan karirku akan hancur ditangannya! Aku tak bodoh seperti selingkuhan 'Oppa'mu itu yang tak pernah berpikir dua kali dengan otak udangnya!"

BLIND OBSESSIONWhere stories live. Discover now