[46] Mengungkapkan perasaan

42 6 0
                                    

Happy reading!!
---

Rendi tidak sengaja tertidur di sofa ruang kerjanya.Puntung rokok dan sampah berserakan dimana-mana.Rendi terbangun karena sinar matahari masuk kedalam ruang kerjanya.Rendi membuka mata dan melihat sekeliling.

"Ya ampun saya ketiduran.."ujarnya sembari mengucek matanya sambil duduk mengumpulkan nyawa.

Rendi berdiri dan mengambil ponselnya dimeja lalu keluar dari ruang kerjanya.Saat ia sedang berjalan menuju kamarnya,ia melihat pelayan yang sedang membersihkan seluruh rumahnya.Ia memerintahkan pelayan itu untuk membersihkan ruang kerjanya.

Rendi masuk kedalam kamar dan melihat istrinya itu tidur disofa sambil duduk dan memegang sebuah buku diary.Rendi tersenyum dan mendekati istrinya itu.Rendi mencium kening Sinta dan mengusap rambutnya.Pandangannya turun ketika melihat buku dan pulpen yang dipegang istrinya itu.

Mas,maaf ya mungkin kemaren aku keterlaluan sama Anisa.Tapi,aku cemburu mas liat kamu bela Anisa terus..
Maaf ya mas,aku selalu bantah kamu..
Aku kangen kamu yang dulu mas..
Aku pengen kaya dulu lagi tpi aku ngga mau sifatmu yang dulu..

"Saya akan berusaha menjadi apa yang kamu minta Sin.."batin Rendi sembari mengusap wajah Sinta.

Sinta terbangun dari tidurnya dan membuka matanya perlahan-lahan.Ia kaget ketika ada Rendi yang berdiri dihadapannya.

"Good morning babe!"sapa Rendi dengan senyuman manisnya.

Sinta langsung memeluk erat Rendi dengan ucapan maaf yang selalu keluar dari mulutnya itu.Rendi membalas pelukan itu sambil tertawa kecil.

"Don't cry!coba liat tangan kamu.."ujar Rendi mengambil tangan Sinta dan melihat pergelangan tangan kirinya.

Pergelangan tangan kiri Sinta lebam akibat genggaman Rendi yang sangat keras."I'm so sorry babe!!"ujar Rendi meniup luka lebam itu dengan raut wajah yang khawatir.

Rendi mengambil salep dilaci dan mengoleskannya pada pergelangan tangan Sinta sembari meniupnya.Sifat Rendi memang tidak bisa ditebak,dia bisa berubah sewaktu-waktu.Kadang baik kadang jahat,kadang lembut dan kadang kala kasar.Tidak memandang usia dan gender.

"Sayang,kalo sewaktu-waktu keluarga Vernando atau siapapun tanya keberadaan aku,bilang aja ke mereka aku diluar kota.Dan suatu saat kalo mereka ngga sengaja ketemu aku atau ngeliat aku..berarti itu bukan Rendi melainkan??"

"Tuan RE!!"sambung Sinta dengan senyuman cerianya.

"Good!!sekarang kita sarapan."ujar Rendi menggandeng Sinta.

Rendi dan Sinta turun kebawah untuk sarapan pagi.Di ruang makan sudah ada Nia yang menunggu mereka berdua.Sinta melirik Nia tidak suka dan duduk disamping Rendi.Sinta mengambilkan sarapan untuk Rendi dan dirinya,begitu juga Nia yang mengambil sarapan untuk dirinya sendiri.

"Kak Rendi,boleh ngga aku hari ini main ke rumah lama kak Rendi??soalnya aku pengen ketemu sama Anisa.."ujar Nia meminta persetujuan dari Rendi.

Rendi mengangguk,"Boleh.Kamu cek keadaan Anisa dan kabari saya.."ujar Rendi.Nia tersenyum dan berterimakasih kepada Rendi.

Setelah Rendi menyelesaikan sarapannya,ia mengenakan jas yang ada dikursi makannya.Rendi berdiri dan berpamitan untuk bekerja.Sinta mengantarkan Rendi sampai kepintu depan sambil membawakan tas kerja Rendi.Rendi menerima tas itu,lalu mencium kening Sinta.

PSYCHO OBSESSION ✔️Where stories live. Discover now