[59]Sinta

28 1 0
                                    

Hallo..

---

"Tante teman dekat ayah kamu sayang.."ujar Sinta menahan tangis.Berlian tersenyum kepada Sinta.Ia mencoba mengangkat tangan yang digenggam Rendi perlahan untuk menjabat tangan Sinta.Namun,Sinta menggapai tangan Berlian lebih dulu lalu Sinta memperkenalkan dirinya.Karena tidak tahan untuk menampung air mata itu,ia berlari keluar ruangan.

"Ta-tante i-itu menangis??"tanya Berlian pada Rendi.Ayahnya itu tersenyum dan menyuruh Dean dan Rendra untuk menjaga Berlian.

Rendi berlari keluar ruangan untuk menyusul Sinta.Ia melihat Sinta terduduk di bangku rumah sakit sambil menangis tersedu-sedu.Rendi mendekati Sinta perlahan lalu memberikan sapu tangan miliknya.

"Kenapa kamu ngga jujur aja?"tanya Rendi tanpa menatap Sinta.

"A-aku takut Berlian marah sama aku mas,dia pasti kecewa banget sama aku."ujar Sinta.

"Salah saya juga kenapa saat Berlian tanya tentang ibunya,saya bilang kalau ibunya sudah meninggal saat melahirkannya.Saya juga salah mendidik Berlian.Saya memanjakannya sampai lupa kalau dia juga harus bisa membela diri.Saya juga salah kenapa saat itu saya memberikan pistol dan pisau itu padanya yang hampir saja Berlian berikan pada Gaza.Saya juga salah karena-"

"Ngga mas.Kamu udah berhasil ngebesarin Berlian.Dia bukan anak pembawa sial yang aku bilang dulu."

Sinta dan Rendi masuk kedalam ruangan kembali.Mereka mendekati Berlian yang dimana Berlian sedang mengobrol dengan Dean dan Rendra.Rendi membawa nampan yang berisi makan siang untuk Berlian.Rendi duduk di ranjang bersebelahan dengan Berlian.Ia membantu putrinya itu untuk duduk bersandar pada bantal.

"Sekarang waktunya makan tuan putri."ujar Rendi sambil membuka penutup makanan itu.Berlian tersenyum manis.Rendi menyuapi putrinya itu bubur dengan sayuran.

"Ayah,makanannya pahit."

Rendi terkekeh,"kan manisnya sudah dianak cantik ayah."

"Yah,boleh ngga kalo Berlian disuapin sama Tante Sinta?"

Mendengar pertanyaan itu,Rendi memandang Sinta dan ia pun mengangguk,"Sure.."Rendi tersenyum mani pada Berlian.

"Disuapin Tante Sinta lebih enak!"

Sinta tersenyum,"Oh ya?kalo gitu makan yang banyak ya anak manis.."

Malam pun tiba,Berlian sudah tertidur dipelukan ayahnya.Diruangan itu hanya ada Rendi dan Sinta yang menemani Berlian.Rendra sedang mengambil pakaian dirumah Rendi,Dean sedang pergi kerumah orang tua Vera.Rendi tidak tahu bahwa Sinta masih ada diruangan itu.Ia terbangun dari tidurnya yang tidak begitu pulas.

Rendi sedikit terkejut melihat Sinta tidur dikursi sambil menggenggam tangan Berlian.Rendi melepaskan pelukannya perlahan lalu bangun dan mengambil ponsel.Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.Ia mendekati Sinta dan membangunkannya walaupun tidak tega saat melihat Sinta yang tertidur pulas.

"Sin,Sinta.."panggil Rendi sambil menepuk pundak Sinta perlahan.

"Eh,mas maaf aku ketiduran tadi."ujar Sinta tersenyum canggung pada Rendi.

"Sudah malam,saya antar kamu pulang."

"Mas,aku ikut kamu ya..aku ngga mau sama Gaza mas.Aku mohon,aku ikut kamu ya..kamu boleh jadiin aku pembantu atau apapun itu asal aku ngga sama Gaza."

Rendi menghela nafas panjang dan mengangguk.Ia mengizinkan Sinta ikut bersamanya tapi ada sesuatu dibalik itu.Rendi keluar ruangan menuju taman rumah sakit itu untuk merokok.Ditaman benar-benar sunyi dan sepi.Hanya ada Rendi yang sedang duduk di bangku taman.

PSYCHO OBSESSION ✔️Where stories live. Discover now