5. Tidak terduga

11K 537 6
                                    


Tidak ada yang tahu kapan musibah akan terjadi. Tidak ada yang dapat memprediksi nya. Seperti kematian, bukan hanya sekali saja yang pernah ia rasakan, tetapi sepertinya tuhan selalu mengambil orang yang ia sayang begitu cepat. Bukan ingin menyalahkan, itu sudah takdir. Kara hanya mengeluh dan mengutarakan isi hatinya sebentar, boleh kan?

Kedua orang tuanya sudah tidak bersamanya lagi. Saat itu, umur nya masih terbilang masih kecil. Umur 8 tahun bocah kelas 2 SD harus kehilangan sosok bidadari nya. Ibunya meninggal karena penyakit jantung. Kala itu bocah perempuan menangis sesenggukan melihat wanita yang begitu ia sayangi terlihat kesakitan. Gadis kecil itu mengantarkan ibu nya ke tempat peristirahatan terakhir. Melihat wanita itu di tutupi oleh tanah, seketika air matanya menetes.

Setelah beberapa bulan kemudian, karena ulah ayahnya gadis kecil itu harus kehilangan orang yang ia sayangi.

Sejak kejadian tersebut, Kara hanya tinggal seorang diri. Karena gadis itu lebih memilih dengan sang ibu.

Setelah semalaman penuh gadis itu tidak bisa tidur. Karena peristiwa itu membuat dirinya terus saja di liputi rasa gelisah. Kara begitu merasa sangat bersalah kepada Kirai. Walaupun wanita itu sama sekali tidak menyalakan nya, tapi Kata begitu menyesal kebakaran itu terjadi karena ulahnya. Gadis itu memutuskan untuk berhenti bekerja, awalnya Kirai menolak mentah-mentah. Tetapi Kara beralasan akan mencari pekerjaan lain, lagian cafe nya juga sedang di bangun lagi. Padahal Kirai menginginkan untuk gadis itu bekerja di butik nya saja, tetapi Kara tidak mau terlalu merepotkan nya. Dengan terpaksa Kirai mengiyakan keinginan gadis itu, tapi ia meminta Kara untuk sering-sering datang kerumahnya.

Hari ini sekolah libur, kakinya melangkah menuju dapur. Melihat isi kulkas yang berada di sebelah kiri.
Dilihat nya isi kulkas ternyata kosong, hanya ada beberapa butir telur yang tersisa. Memang, tidak ada makanan apapun dirumahnya. Beras saja terkadang kekurangan untuk makan.

Kara iri dengan teman-temannya yang berkecukupan, bisa makan enak, pakaian bagus dan rumah besar. Sedangkan diri nya hanya untuk makan harus mencari uang untuk membeli nya. Memakai pakaian dari sejak ayahnya masih ada, karena sekarang untuk membeli nya saja tidak bisa. Rumah nya memang layak untuk dipakai, tergolong sederhana. Tetapi lama-kelamaan rumah ini juga perlu di perbaiki, ada saja atas genteng yang bocor saat hujan. Sudah beberapa tahun lamanya, wajar saja.

Gadis itu segera menggeleng, menepuk keningnya pelan. Astaga Kara kenapa harus se mengeluh itu? Harusnya lebih banyak bersyukur lagi. Mungkin banyak diluar sana yang lebih dibawahnya. Bersyukur karena sekarang masih bisa bernapas.

Karena keadaan kulkas yang kosong, Kara memutuskan untuk mencari makan diluar saja. Sekalian nanti gadis itu akan belanja di tukang sayur keliling. Paling hanya akan membeli sedikit sayur dan ikan untuk digoreng. Itupun untuk makan selama 3-4 hari.

"Uang aku tinggal segini lagi," ujarnya melihat isi dompet ditangannya. "Cari pekerjaan dimana yah." Kembali tangannya menaruh dompet itu di tas selempang yang ia kenakan.

Setelah sampai di warteg pinggir jalan tidak jauh dari rumahnya. Gadis itu kemudian memesan seporsi nasi dan juga lauk. Mengambil duduk di kursi kosong.

"Ini neng, silahkan dimakan."

*****

"Ken, denger-denger bokap lo abis mecat beberapa pegawai yah." ujar salah seorang cowok membuat orang yang disebut tadi menoleh.

"Kata siapa?"

"Astaga lo kudet banget, liat noh beritanya juga udah nyebar di tv," ujarnya lagi mengontak Atik ponsel. Setelah nya cowok itu menyodorkan benda pipih tersebut.

TUAN MUDA✓Where stories live. Discover now