12. Terciduk oleh bocah

11.3K 639 19
                                    

Tangannya bergerak mengelap tubuh anak itu dengan handuk. Saat ini Kara tengah mengeringkan tubuh Kelio usai mandi. Sudah 1 minggu gadis itu bekerja disini, dan selama itu pula Kara berangkat ke sekolah dengan menaiki angkot. Karena tidak ingin membuat satu sekolah heboh lagi, kata Kenzo.

"Io mau pake baju apa?" Kelio menautkan alisnya, terlihat sedang memikirkan sesuatu. Hari ini libur jadi anak itu tidak berangkat ke sekolah. Tapi Bima sudah membiasakan sejak kecil agar anaknya selalu mandi pagi. Begitu juga Kenzo, tadi Kara melihat cowok itu sudah duduk anteng di sofa dengan rambut basahnya.

Selama seminggu ini Kara merasakan keganjalan yang membuatnya bertanya-tanya. Kenzo, cowok itu sama sekali tidak pernah berbicara dengan adiknya. Bahkan hampir tidak pernah. Pernah sewaktu-waktu bocah ini mengajak bicara cowok itu, tetapi tidak ditanggapi. Aneh bukan, mereka padahal adik kakak.

"Mau pake ini." Tunjuk Io kearah baju berwarna hijau yang bergambar Ben10. Anak kecil pencinta warna hijau itu kini duduk anteng diatas ranjang. Menggoyangkan kedua kakinya menunggu Kara mengambil baju.

Gadis itu membawa baju ditangannya mendekat kearah Kelio. Kemudian memakai kan baju itu ke tubuhnya.

"Kak Kala kemaren bu Gulu ngajalin aku tentang planet di lual angkasa loh," tutur nya dengan mata terbinar. Bisa dibilang Io adalah anak yang jarang sekali menangis. Bocah ini suka sekali berceloteh, apalagi bercerita seperti ini pada Kara.

Kara memasukkan lengan bajunya, mengangkat tangan kiri Kelio.

"Io inget nama-nama nya?" Bocah itu mengangguk, menengadah kepalanya keatas. Mencoba mengingat ucapan gurunya kemarin.

"Ayo coba sebutin."

"Melkulius,,

Venus." Tangannya terangkat menghitung satu persatu nama yang ia sebutkan. "Bumi,,"

"Terus.." Kara tersenyum mendengar nya. Tangannya terulur mengusapkan lotion anti nyamuk di lengan dan kaki Kelio.

"Mars, jupitel apa lagi yah.." Jarinya ia ketukan ke kening nya. Gadis itu menahan senyumnya dengan gemas.

"Satulnus, ulanus dan telakhil,,,

Neptunus.." Bocah itu menjingkrak senang merentangkan kedua tangannya. Masuk kedalam pelukan Kara. Tangannya bergerak mengusap lembut punggung Io.

"Hebat banget sih kesayangan kak Kara." Kelio mengendurkan pelukan nya, mendongak menatap gadis itu.
Kara begitu kagum dengan kecerdasan anak ini. Kelio terbilang masih kecil, anak itu baru memasuki bangku Taman kanak-kanak tetapi otaknya sudah menyaingi Albert Einstein. Beberapa hari yang lalu Kelio meminta Kara membantu mengerjakan PR nya, bukan seperti anak-anak yang lain. Jika meminta bantuan maka yang membantunya yang mengisi. Tetapi anak ini berbeda, PR matematika nya diisi sendiri oleh bocah itu.

Lalu Kara bertanya kenapa Io meminta bantuan jika anak itu bisa mengisi sendiri. Lantas bocah itu menjawab minta ditemani bukan minta bantu mengisi.

"Mau es klim." Dengan gemas Kata mencubit kedua pipi gembul milik Kelio.

"Ayo kita beli."

Hari ini diluar begitu panas sekali. Membuat kepala pusing, ditambah rengekan bocah yang tengah duduk diatas karpet berbulu. Sejak tadi Kara berusaha menenangkan nya, tetapi tidak bisa. Kelio, jika sudah menginginkan sesuatu maka harus dituruti dan terjadi.

Walaupun hari libur, tapi hari ini Bima pergi ke kantornya. Katanya sedang ada pertemuan dengan kolega luar negeri. Jadi sekarang dirumah hanya ada tiga orang beserta asisten rumah tangga.

"Kenapa dia?" Seseorang berjalan menuruni tangga dengan jaket hitam yang melekat ditubuhnya. Cowok itu mendekat kearah sofa dimana dua orang tengah duduk dibawah sana.

TUAN MUDA✓Where stories live. Discover now