24. Bullying season 2

6.5K 424 15
                                    

"AYOO MASUK."

BRAKK

"Lo kalo masuk bisa pelan-pelan ka--"
Matanya membulat ketika melihat siapa sosok yang baru saja masuk kedalam gudang.

Irista segera menepuk bahu gadis berambut abu. Dengan napas yang tercekat, kemudian menunjuk kearah pintu gudang.

"Apaa sih, mana or--

Ke-kenzo." Hampir saja matanya keluar mendapati sosok pemuda bertubuh tegap disana.

"PERGI.."

"Ke-kenzo, ini gak seperti apa yang kamu liat."

"Pergi dari sini." Nada dingin terdengar ditelinga nya. Kepalanya menggeleng kuat menatap cowok itu.

Gadis itu hanya diam menatap Kenzo dengan dalam. Kakinya perlahan mendekat.

"Ken aku gak bermaksud buat nyakitin Kara,," ujarnya lirih dengan mata lembut. Cowok itu berdecih, menatap jijik kearah Melva.

"Ken,, dengerin du--"

Brakk

Tubuhnya terjengkang kebelakang akibat dorongan dari tangan besar itu. Bukan tanpa alasan, karena Melva dengan tidak malunya memegang lengan Kenzo. Cowok itu tidak suka orang asing memegang tangannya, kecuali Lengkara.

Kenzo mendengus, kemudian berjalan mendekat kearah Melva yang terduduk dilantai dengan kepala yang mendongak.

"Gue gak biasa nyakitin cewek, tapi tunggu aja besok." Berbisik pelan ditelinga gadis itu, membuat nya menahan napas beberapa detik. Kakinya melangkah pergi menghampiri Kara yang tidak sadarkan diri.

**

"Gimana keadaan nya dok?"

"Pasien tidak kenapa-kenapa, hanya pingsan karena benturan di kepalanya. Tenang saja, tidak akan berdampak buruk."

"Hanya perlu istirahat dan minum obat," tambah sosok pria paruh baya dengan jas putihnya.

Kemudian dokter itu pamit untuk keluar, Kenzo mengangguk.
Tangannya bergerak mengusap pipi chubby milik Kara. Sorot matanya begitu terluka. Sebelah tangannya mengepal, kembali teringat bayang-bayang kejadian tadi. Saat cowok itu membuka pintu, hal yang pertama dilihatnya adalah gadis ini dengan keadaan lemah dengan cairan hitam ditubuhnya dan seragam yang sudah tidak layak dipakai. Untung saja tadi Kenzo memakai jaket, jadi saat ia membawa keluar terlebih dahulu memakai kan jaketnya.

"Ayoo bangun."

"Lo liat aja besok, orang itu akan menerima akibatnya."

Gerakan tubuhnya terhenti, ketika merasakan sesuatu ditubuhnya. Cowok itu memegang dadanya yang tiba-tiba nyeri, kemudian Kenzo menarik napas untuk menenangkan diri. Bukannya reda, sekarang pasokan udara yang ia hidup mulai menipis. Cowok itu memegang dadanya kuat, menekannya sambil berpegangan pada brankar pasien.

"Sebenernya gue kenapa?"

**

Ceklek

"YAAMPUN OMG LENGKARA..." Kara memejamkan matanya ketika suara itu membuat telinganya pengang.

"KAR,, LO GAK KEN--"

Prttmm.."

"Jessica.." Viona menjauhkan tangan yang membekap mulutnya tadi. Menatap tajam kearah gadis yang tengah menaikkan alisnya itu.

"Tangan lo bau." Jessica berdecak malas. Kemudian berjalan mendekat kearah brankar Kara. Disusul Viona yang terus menggerutu dibelakang nya.

Jessica memang sengaja membekap mulut gadis itu karena suara nya yang bisa membangunkan mayat dirumah sakit ini. Kebiasaan Viona, tidak bisa menurun suaranya. Memang sudah dari lahir begitu, jadi susah.

TUAN MUDA✓Where stories live. Discover now