32. Rahasia

5.3K 317 2
                                    

Suatu saat bangkai akan tercium baunya juga.

*****

Pagi kembali datang, sinar matahari dari timur baru saja muncul dengan malu-malu. Gadis itu membuka gorden jendela kamarnya, mendorong jendela tersebut kemudian menghirup dalam udara pagi.

Kara, sudah lengkap dengan baju seragam sekolah nya. Kemudian kakinya melangkah menuju meja rias, merapihkan seragam nya kembali sebelum turun.

Seperti biasa, gadis itu harus mengurus anak kesayangan nya.

"Kak Kalaa,," teriakan itu terdengar ketika Kara baru saja membuka pintu berwarna hijau. Diatas ranjang terlihat sosok tamvan yang sedang menyengir kepada nya. Ternyata bocah itu sudah bangun.

Kara segera menggendong Kelio membawanya menuju kamar mandi.

"Waktunya mandi anak manis."

Setelah selesai gadis itu segera memakaikan segara sekolah nya ke tubuh Kelio. Menyisir rambut anak itu, kemudian meraih tas sekolah berwarna hijaunya.

Kamar yang di penuhi dengan barang-barang hijau itu terlihat rapih, tentu saja karena semalam sudah gadis itu bereskan.

"Ayoo Io, kita sarapan." Tangannya mengandeng bocah kecil itu berjalan keluar dari kamarnya.

"Kak Kala masak apa hali ini?" Kara memasak tadi saat baru bangun dari tidurnya, gadis itu langsung menuju dapur. Setelah itu baru dirinya siap-siap dan mandi.

"Sup ayam dan nugget." Kelio yang mendengar itu terbinar senang. Kemudian menggandeng tangan Kara dengan semangat. Keduanya berjalan menuju meja makan, yang disana terdapat Bima yang sedang duduk tenang menikmati teh nya.

"Selamat pagi papah.."

"Pagi juga jagoannyan papah." Pria itu merentangkan kedua tangannya menyambut kedatangan Kelio. Tersenyum hangat kemudian mengusap nya lembut.

"Ayo kita makan," ujar Bima setelah melihat kedatangan anak sulung nya. Cowok itu menarik kursi kemudian duduk tanpa suara.

"Sini kak Kara suapin."

**

Suara lagu mahalini yang berjudul sial memenuhi ruangan didalam mobil ini. Kendaraan itu melesat melewati jalan kota yang begitu padat. Hanya ada keheningan sejak tadi disana. Kara menghela napasnya pelan, mengingat kejadian semalam. Rasanya kepala gadis itu akan pecah, di hantam ribuan pecahan seperti puzzle.

Pertama, dibuat tidak percaya oleh kejutan yang kemarin menghampiri nya.

Kedua, dibuat bingung kenapa cowok bermuka es itu bisa datang dan tau. Seperti ada yang memberitahu nya jika Kara dalam bahaya.

Dan yang ketiga, pernyataan Kenzo semalam.

Otaknya saat ini sama sekali tidak konsen, bahkan tadi pagi saat menguapi Kenzo sempat membuat kesalahan. Ketika bocah itu meminta minum, gadis itu malah memberikan sesuap sendok ke hadapan nya.

Mobil Lamborghini itu berhenti didepan sebuah halte. Kenzo segera melepas seatbelt nya kemudian menoleh kesamping. Cowok itu menaikan alisnya ketika melihat Kara yang diam saja, seperti tengah melamun.

"Ayoo..."

Gadis itu menoleh kaget kemudian menoleh. Wajahnya meringis lantas mengangguk dan segera melepaskan seatbelt nya. Tangannya mendorong pintu, mengangkat Kelio keluar.

"Belajar yang rajin, jangan nakal." Bocah itulah tertawa kecil ketika telunjuk mungil Kara menoleh hidung mancung nya. Kelio mengangguk tanda mengerti, kemudian berpamitan untuk masuk kedalam kelas nya.

TUAN MUDA✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora