14. Sentuhan hangat

11.2K 575 6
                                    

Yang dipegang tangan, kenapa yang kesetrum jantung.

*****

Kara berjalan dengan tas punggung nya. Berdiri dihalte depan sekolah, menunggu angkutan umum lewat. Tadi katanya Viona dan Jessica akan eskul lebih dulu, jadi mereka tidak pulang. Mereka berdua mengikuti eskul yang sama yaitu Teater.

Hari yang sore tampak begitu mulai gelap. Langit agak terlihat mendung, semoga saja tidak hujan.

Setelah beberapa menit akhirnya gadis itu mendapat angkot, kemudian segera naik. Tangannya bergerak dilayar ponsel miliknya. Ponsel yang dibelikan ayahnya saat Aninda masih ada. Hingga saat ini gadis itu masih memakai nya, walaupun terlihat agak usang dan kalah dengan ponsel-ponsel temannya keluaran terbaru. Gadis itu tidak ada niatan untuk membeli lagi, karena uang nya juga tidak punya.

Seperti nya Kelio sudah berada dirumah. Memang jika pulang sekolah anak itu akan di jemput oleh supir pribadi Bima, bersama dengan pembantu dirumahnya. Karena Kara tidak memungkinkan, gadis itu sekolah full day sampai sore. Hari sabtu dan minggu itu libur.

Angkot itu berhenti tepat dipintu gerbang komplek, Kara turun segera membayar ongkosnya. Setelah mengucapkan terimakasih gadis itu berbalik berjalan masuk.

Dengan tas punggung dibelakang nya sesekali Kara bersenandung kecil dengan mata yang menelusuri setiap rumah-rumah besar disana.

Mungkin orang-orang yang tinggal disana begitu enak dan nyaman, Kara juga menginginkan rumah seperti itu. Mungkin suatu hari nanti bersama suaminya. Sedang asyik-asyiknya menikmati udara segar disore hari, gadis itu dikagetkan dengan suara klakson motor yang berulangkali.

Kara menoleh mendapati sosok pemuda yang tengah menunggangi kuda hitam nya. Cowok itu menatap tajam kearah dengan memicingkan mata.

"Tu--"

"Gausah pake tuan." Potong cowok itu membuat Kara menghela napasnya.

"Kak Kenzo baru pulang?" Tidak merespon, cowok itu kemudian berniat kembali menarik gas nya.

Tapi...

"Eh, muka kakak kenapa banyak luka?" Gadis itu menatapnya bingung ketika mendapati beberapa luka goresan di kening Kenzo, matanya melirik kearah tangan cowok yang memakai kaos lengan pendek. Terlihat jelas otot-otot Kenzo yang besar.

"Gapapa." Setelah nya Kenzo mengendarai kembali motor nya, melewati Kara begitu saja. Gadis itu berdecih, padahal mereka searah kenapa tidak ada niatan mengajak nya bareng.

**

Kara sampai dirumah besar itu, membuka pintu disambut oleh wanita paruh baya yang tersenyum hangat kepada nya.

"Non enggak pulang sama den Kenzo?" Mendengar hal itu lantas membuat Kara membulatkan matanya. Gadis itu lupa jika dirumah ini ada bi Ijah. Otomatis wanita ini akan tau jika dirinya tidak pulang dengan Kenzo.

"Emm bareng kok bi, tadi aku minta turun di depan beli sesuatu dulu. Kasian tuan Kenzo kalo nunggu," ujar gadis itu sembari terkekeh pelan, berusaha menutupi kebohongan nya. Yatuhan maafkan Kara harus berbohong kepada bi Ijah.

"Yaudah non ayo masuk." Kara melangkahkan kakinya ke dalam.

"Non, tadi muka den Kenzo banyak luka." Ah iya benar, Kara mengangguk mengiyakan. Tapi gadis itu juga tidak tau penyebab luka diwajah cowok itu.

"Nanti non obati ya, ini.." Wanita itu menyerah kotak persegi kepadanya. Kara hampir tidak menyadari bahwa Bi Ijah sedari tadi memegang kotak P3K. Setelah menerimanya gadis itu mengangguk, berpamitan untuk ke kamarnya lebih dulu. Katanya akan membersihkan diri, karena meresa begitu lengket.

TUAN MUDA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang