6. Si sulung keluarga Galaska

10.6K 554 10
                                    


"Kamu tidak kenapa-kenapa?"

Akibat dari peristiwa itulah sekarang gadis itu berada disini. Rumah megah dan luas bak istana kerajaan. Sekarang Kara sudah berada didalam ruang tamu rumah pria tersebut. Tadi saat menuju kesini. Kara rasanya begitu nostalgia kembali saat Aninda masih hidup. Dulu, keluarga begitu amat bahagia. Setiap kemanapun pasti gadis itu diantar jemput oleh mobil, tapi tidak dengan sekarang.

Saat berjalan masuk gadis itu dibuat terkagum dengan istana ini. Pagar hitam yang menjulang tinggi. Harus berjalan begitu jauh menuju rumahnya, untung saja dengan berbaik hati pria itu memperbolehkan Kata untuk naik kedalam mobil Lamborghini nya.

Terdapat air mancur dan juga pohon hijau di sekelilingnya. Masih kental dengan alam. Banyak tanaman rambat di sekitar rumah, ada juga khusus lahan bunga-bunga di halaman depan. Sudah seperti cerita dongeng, keluarga nya yang dulu juga kalah dengan ini.

Kara terheran-heran sebenarnya. Untuk kedua kalinya gadis itu bertemu dengannya kembali.

Bima Galaksa Reynaldo, yang Kara tau hanya bahwa pria tersebut adalah salah satu pengusaha kaya di Jakarta.

"Silahkan diminum dulu," ujarnya setelah seorang pelayan wanita memberikan minuman dan beberapa camilan.

"Terimakasih om." Kara meraih gelas tersebut kemudian menyeruput nya. Begitu segar, padahal hanya segelas minuman jeruk. Mungkin karena efek jalan yang melelahkan, gadis itu juga butuh asupan yang segar.

"Kamu memangnya sedang apa tadi? Sampai hampir tertabrak." Pria paruh baya itu sedikit terkekeh menatap nya.

"Maafin Kara om, tadi Kara lagi nyari-nyari pekerjaan. Sekalian cek pesan dari temen-temen juga, soalnya Kata tanya-tanya sama mereka," jelas gadis itu membuat Bima mengangguk mengerti.

"Kamu, yang waktu bantu saya dari copet?" Alisnya terangkat dengan mata yang menyipit. Melihat penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. Terlihat cantik dengan pakaian sederhana nya.

"Iya om, enggak sengaja pas aku mau Cafe."

Kara menjelaskan dengan detail semuanya. Sejak dirinya tidak sengaja menolong pria tersebut.

"Karena Cafe itu kebakaran, sekarang kamu sedang mencari pekerjaan?" Kara mengangguk membenarkan ucapan Bima. Gadis itu menunduk lesu dan menghela napas.

"Tapi belum dapet, susah yah om cari pekerjaan pelajar kayak aku." Pria paruh baya itu menatap prihatin. Kemudian mengusap bahunya, membuat Kara mendongak.

"Bagaimana ji--,,,"

"PAPAH.." Seseorang berteriak bersamaan dengan langkah kaki cepat menghampiri nya.

"Papah kok nda bilang kalo udah pulang." Suara anak kecil, Kara menoleh melihat seorang anak kecil laki-laki yang menghampiri pria paruh baya tersebut.

"Maafin papah enggak kasih tau Io." Bima mengusap rambut hitam anak kecil itu. Terlihat menggemaskan, dengan kulit putih juga wajah tampannya yang begitu mirip dengan pria tersebut.

"Kakak ini sapa Pah?" ujarnya bertanya ketika mendapati orang asing di matanya.

"Sini.." Kara merentangkan kedua tangannya, disambut binaran dari kedua mata anak itu.

"Boleh pah." Bima mengangguk pelan sambil tersenyum. Menurunkan putranya dari pangkuan.

Kara menyambut dengan senang. Membawa anak itu kedalam pelukannya. Mengusap kedua pipi chubby dan menggemaskan.

"Kenalin nama Kaka Lengkara, kamu bisa panggil kak Kara." Anak itu terkekeh karena merasakan cubitan dikedua pipinya.

"Kok bisa ganteng banget sih.. anak siapaa ini?" Dengan berani gadis itu mendekatkan wajahnya. Kemudian menggesekkan hidungnya pada hidung anak itu.

TUAN MUDA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang