16. Kupu-kupu dalam perut

10.2K 569 10
                                    


"Bagus, biar dia tau siapa yang menyebabkan wanita itu meninggal."

Kara mendudukkan anak itu diatas kasur. Kemudian tersenyum hangat kepadanya.

"Io, yang tadi itu jangan diinget ya. Kak Kenzo lagi ngobrol sama Papah." Sebisa mungkin gadis itu menenangkan Kelio yang tadi menangis, setelah Kara memeluknya akhirnya tangisan itu bisa reda. Bima meminta gadis itu agar Kara menyakinkan Kelio tentang kejadian tadi bahwa itu tidak benar, supaya anak itu tidak mengingatnya.

"Emang ngoblol halus banting guci," ujarnya polos menatap Kara, menyedot ingusnya yang keluar. Gadis itu terkekeh, kemudian meraih tisu yang berada diatas nakas. Mengelap hidung Kelio dengan pelan.

"Iyah, itu biar keliatan kuat. Pokoknya lupain yang tadi, nanti kak Kara traktir es krim deh."

"Benelan?" Mata Kelio terbinar mendengar hal itu. Kata mengangguk cepat sambil mengacungkan jari kelingking nya.

"Janji." Keduanya tertawa bersama, Kata merentangkan kedua tangannya langsung disambut oleh bocah itu.

"Io." Pintu kamar terbuka menampilkan sosok pria paruh baya dengan setelan jas yang sama seperti tadi.

"Nih papah bawain es krim." Kelio tersebut senang, kemudian melompat turun berlari menuju Bima.

"Mau." Matanya terbinar dengan segera menerima uluran es krim dari pria itu, Io menarik tangan Bima untuk duduk di atas karpet berbulu nya.

"Tadi kak kala mau tlaktil Io es klim, tapi udah papa beliin," tutur bocah itu berusaha membuka es krim ditangannya. Bima terkekeh mengusap lembut puncak kepalanya.

"Yaudah, traktiran kak Kara buat nanti lagi." Kelio mengangguk menyetujui. Sekarang anak itu fokus dengan es krim ditangannya, setelah tadi dibantu Kara membuka bungkusnya.

"Papah aku mau kasih kak Kenzo es klim."

**

Dugaannya salah besar, gadis itu mengira jika es krim ditangannya ini akan diberikan langsung oleh bocah itu. Tetapi tidak, sekarang Kara lah yang berdiri di pintu hitam ini lagi.
Kelio, tadi bocah itu meminta tolong untuk memberikan 1 es krim ini kepada kakaknya.

Kara menghela napasnya perlahan. Kemudian dengan keberanian yang sudah ia kumpulkan, tangannya terangkat mengetuk pintu.

Tok tok tok

"Masuk." Setelah mendengar suara barusan, Kara kemudian memegang knop pintu mendorongnya hingga terbuka. Disana, pinggir kasur makhluk itu sedang duduk tenang dengan ponsel ditangannya.

"Kak Kenzo," cicitnya pelan berjalan mendekat, membuat cowok itu menoleh sekilas kemudian fokus pada ponselnya kembali.

Alisnya bertaut ketika seseorang menyodorkan sesuatu dihadapan nya. Kenzo mengalihkan tatapannya.

"Ini dari Io buat kakak."

Brakk

Terjadi kembali, es krim ditangan Kara melayang jauh sampai kesudut kolong meja disana. Membuat gadis itu tergelonjak dengan perlakuan Kenzo. Cowok itu bangkit memegang tangan Kara. Kemudian mendorong bahu gadis itu sampai bersandar di dinding.

"Jangan sebut nama itu lagi." Ucapan Kenzo lagi-lagi membuat nya bertanya-tanya. Ada masalah apa sebenarnya cowok ini dengan bocah kecil itu. Apakah ada yang salah?

"Emangnya kenapa kak, dia adik kak Kenzo bukan."

Bugh

Kara melolot menatap Kenzo terkejut. Sebuah kepalan tangan melayang disamping wajahnya, mengenai tembok. Wajah cowok itu memerah dengan mata legam nya yang menatap tajam.

TUAN MUDA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang