17. Siapa ketua Tiger?

8.9K 458 15
                                    


"Kalo mojok jangan di perpustakaan."

Sial

Kara membuka matanya, keduanya segera menjauhkan diri. Kemudian menoleh kearah suara tadi.

Disana berdiri dengan tenang sosok lelaki jangkung dengan senyum miring nya. Cowok itu menaikan satu alisnya.

"Lo ngapain disini?" Orang itu terkekeh sembari mengalihkan pandangannya. Baru pertama kali Kara melihat cowok itu terkekeh seperti ini. Biasanya hanya wajah datar dan dingin yang ditunjukkan oleh orang itu.

"Lo yang ngapain disini, bukankah anti."

"Gempa, gue cu--"

"Cuma lagi mojok." u
Ucapan Kenzo terpotong oleh cowok itu. Gempa kemudian berbalik pergi dari hadapan keduanya.

"Kak, tadi kak Gempa liat."

Sumpah demi apapun Kenzo meruntuki dirinya sendiri yang tidak tau tempat. Dirinya juga tidak mengerti, kenapa setiap kali berdekatan dengan Kata seperti terhipnotis. Apalagi melihat bibir ranum pink yang berisi itu, Kenzo ingin sekali melahap nya.

"Biarin." Setelah berujar Kenzo membalikkan tubuhnya berjalan pergi.

Kara memukul kepalanya pelan. Sudah ketiga kalinya mereka terciduk seperti tadi. Tapi salahkan cowok itu yang tiba-tiba datang tanpa di undang, jelangkung kali.

Kara meraih buku novel yang terjatuh. Memeluk buku tersebut kemudian berjalan menuju deretan kursi di perpustakaan.

Menarik salah satu kursi disana kemudian duduk. Membuka novel yang tadi cowok itu ambilkan. Kara membaca sinopsis dibelakang nya.
Setelah nya gadis itu membuka halaman depan.

Sedang fokus-fokus nya membaca terdengar bunyi kursi yang ditarik di sampingnya. Kara menoleh, matanya membulat melihat siapa yang duduk disebelahnya.

"Kak Gempa," ujar Kara menatap cowok yang sekarang tengah fokus pada buku ditangannya.

Gempa sama sekali tidak merespon, matanya tetap menatap kedepan.
Hanya keheningan diantara keduanya, hingga...

"Lo pacarnya Kenzo." Gadis itu dengan cepat menoleh, menatap Gempa sambil mengerutkan keningnya.

"Maksudnya kak Gempa?" Cowok itu berdecak sebal. Sebenarnya gadis polos atau lemot, masa tidak paham dengan maksud dirinya. Padahal itu sudah jelas.

Mood bicara Gempa sudah hilang. Cowok itu beranjak dari duduknya, terdengar bunyi geseran kursi. Setelah meletakkan kembali secara asal buku ditangannya, cowok itu melenggang pergi.

Kara menaikkan alisnya, ada apa dengan cowok itu. Rumor tentang Gempa gadis itu tidak percaya, tetapi sekarang Kara menarik kata-katanya. Cowok sedingin es gelar itu ternyata cocok untuk nya.

Gadis itu mendelikan bahunya acuh, kembali fokus pada novel ditangannya.

**

"Ayoo siapa yang bisa menjawab soal didepan. Akan bapak berikan nilai tambahan," ujar pria paruh baya didepan sana. Tangannya menuju kearah deretan angka di papan tulis.

"Kalo dapetin teh mawar mah mau pak," celetuk salah satu dari mereka.
Hari ini kelas Kara sedang berlangsung mata pelajaran matematika. Tapi bukan di ajar oleh Bu Sisi, karena ini adalah matematika peminatan. Sumpah demi apapun tidak ada yang minat dengan mapel ini.

Pria itu mengenyitkan alisnya menatap salah satu siswa dibelakang yang tadi berceletuk.

"Memangnya kamu tidak mau nilai?"

"Mau sih pak, tapi lebih pengen teh mawar," ujar Arif lagi, yang dimaksud oleh cowok itu adalah seorang janda cantik dan bahenol. Ia terbilang masih muda, ditambah belum memiliki anak. Suami nya meninggal satu tahun yang lalu akibat kecelakaan. Teh Mawar adalah salah satu penjual dikantin, ia menjual soto ayam kesukaan Viona.

TUAN MUDA✓Where stories live. Discover now