23. Ber-ulah kembali

7.4K 377 17
                                    


Langit ibukota hari ini diguyuri oleh hujan deras. Sejak semalam hujan terus turun, tidak ada niatan untuk berhenti. Kara merapihkan seragam nya, menatap penampilan didalam cermin itu.

Kakinya melangkah kearah balkon kamarnya, begitu nyaman bisa tinggal dirumah ini. Sampai sekarang pun rasanya seperti mimpi bagi Lengkara. Semoga tuhan tidak cepat membangun nya dan mengakhiri mimpi indah ini.

Suara guyuran hujan terdengar jelas ketika kakinya menuruni anak tangga. Seperti nya bulan musim penghujan akan segera datang.
Langkah kakinya membawa gadis itu sekarang didepan pintu kayu berwarna hijau. Pintu siapa lagi? Pemiliknya adalah seorang maniak warna hijau.

"Io ayoo bangun sayang.." Tangannya bergerak menepuk pelan pantat bocah itu, membuat tidurnya terusik.
Mata anak itu mengerjap pelan, kemudian tersenyum menatap Kara yang berada diatasnya.

"Kak Kalaa, kangennn." Kedua tangannya terangkat, gadis itu mengerti. Segera mengangkat Kelio dalam gendongannya.

"Sekarang Io mandi, abis itu kita sarapan." Kara berjalan membawa bocah itu menuju kamar mandi. Meraih handuk kimono kecil yang tergantung di lemari.

**

Kedua mata cantiknya membulat ketika merasakan sesuatu. Gadis itu melirik kearah tangannya yang di genggam seseorang.

"K-kak Ken--"

"Gue mau gini." Cowok itu memotong Kara yang hendak berbicara.

Ketiga manusia itu berada dalam sebuah mobil hitam. Kendaraan tersebut melaju diatas jalan menembus derasnya hujan. Seperti biasa mengantarkan Kelio lebih dulu ke sekolah nya.

Tapi berbeda dengan hari ini, cowok itu tidak akan meninggalkan nya lagi. Setelah mengantar Kelio, mereka akan ke sekolah bersama.

"Kak Kalaa kenapa?" Io terusik dalam pelukan nya. Kemudian bocah itu mendongak, ikut menatap kearah yang sama seperti Kara.

"Bang Kenzo kenapa pegang-pegang tangan kak Kala," ujarnya bertanya dengan nada polos. Kepalanya sudah sepenuhnya menjauh dari Kara.

"Kayak mau nyeblang aja," tambah Kelio dengan muka cemberut nya. Pasalnya bocah itu tidak suka, abangnya itu terlalu jahat. Kepalanya nya saja tidak mau berbicara.

Jika cowok itu berniat untuk mengambil Kara, maka lewati dulu Kelio yang akan siap menjadi penghalang. Itu semua hanya ada dalam unek-unek terpendam bocah itu. Tidak berani mengungkapkan, jika berani mungkin sekarang Kenzo sudah membanting tubuhnya.

"Ini punya saya." Dahi bocah itu mengerut dengan memicingkan mata terus menatap Kenzo.

"Maksudnya kak Kala punya Abang?"

"Iyah." Kelio melotot menatap tajam kearah cowok itu. Tapi bagi Kara terkesan lucu dan menggemaskan.
Karena tidak terima, tangan nya bergerak hendak memukul Kenzo.

"Enggakkk,, punya Io abang," teriak nya merengek, masih dengan tangan yang bergerak-gerak diudara berusaha memukul cowok itu.

Kenzo menghentikan mobilnya. Ternyata sudah sampai didepan sekolah anak itu. Kepalanya menoleh kemudian mendekatkan wajahnya kepada bocah disampingnya.

"Kak Kara cuma punya abang." Mata kecil itu membulat, seakan tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi.

Kenzo memanggil dirinya Abang saat berbicara pada Kelio. Senyum bocah itu terbit membentuk bukan sabit. Ini kali pertama nya cowok itu menggunakan panggilan abang.

TUAN MUDA✓Where stories live. Discover now