Bab 1 Asal Muasal Adat Keluarga

2.6K 72 0
                                    

Semua masalah selalu memiliki asal muasalnya. Semua ini berasal dari pernikahan nenek dan kakek Fira. Karena ini juga membuat Fira membenci kakek neneknya.

Nenek dengan usianya yang masih menginjak dua belas tahun, dijodohkan dengan kakek yang saat itu berusia lima belas tahun. Awal, keduanya menolak secara tegas perjodohan ini. Pasalnya, seumuran dengan mereka, anak-anak masih bermain dan menikmati masa remajanya.

Tetapi semua itu sia-sia. Mau bagaimanapun menolak, kedua orang tua mereka tetap bersikukuh pada pendiriannya. Hingga pada akhirnya ... mereka menikah di usia dini.

Awalnya nenek mencoba belajar untuk menerima semuanya. Melayani suaminya dengan ikhlas, namun kakek tidak seperti nenek. Karena usianya yang dibilang masih dini, ia belum bisa mengontrol sikap emosionalnya. Semua masalahnya yang ia bawa dari luar pasti dilampiaskan pada nenek. 'Tak jarang seluruh rumah dipenuhi suara perdebatan. Bahkan jika mereka benar-benar bertengkar, nenek yang harus tidur di luar. Sedangkan kakek dengan pulasnya tidur di atas ranjang yang nyaman.

Hingga akhirnya mereka dikaruniai dua orang anak laki-laki. Namun, keduanya tumbuh dengan nasib yang berbeda. Sang kakak lulusan sekolah menengah atas sedangkan adik sekolah menengah pertama. Bukan tidak mau melanjutkan pendidikannya, namun di saat adik beranjak naik kelas, ekonomi keluarganya benar-benar menurun. Setelah lulus dari sekolah menengah pertama, adik langsung mencari pekerjaan.

Ia pontang-panting bekerja serabutan untuk membantu ibunya. Atau yang biasanya di zaman itu dipanggil dengan sebutan "Emak".

Satu alasan juga yang membuat keluarganya semakin melarat adalah kakek yang tidak mau bekerja. Selama ini hanya nenek yang banting tulang untuk menghidupi keluarganya. Kakek hanya bisa meminta ini itu tanpa peduli harga. Jika tidak dituruti, ia marah. Terutama pada rokok, kakek mempunyai banyak hutang rokok di suatu toko. Dan tentu, nenek yang harus melunasinya.

Tiba masa kedua anaknya mulai dewasa. Nenek menjodohkan kakak dengan seorang gadis cantik dari keluarga berada. Awalnya kakak tidak mau menikah, tapi setelah beberapa kali nenek membujuk, akhirnya kakak menyetujuinya. kurun satu tahun, adik mulai menemukan cintanya. Di sebuah keramaian, ia melihat gadis cantik dengan kulitnya yang putih mulus, tanpa berpikir panjang ia langsung meminta restu pada kakek nenek.

Awalnya semua menolak, karena adat di keluarga ini adalah semua anggota harus melalui perjodohan untuk menjalin asmara. Adik yang mendengarnya seketika marah, ia mengebrak meja lalu pergi keluar dan 'tak kunjung pulang hingga larut malam.

Malam berganti hingga malam berikutnya, terlihat adik berjalan memasuki pekarangan rumah. Nenek yang melihatnya langsung antusias menyambut kehadirannya.

"Emak akan setujui permintaan kamu, tapi salah satu dari anakmu nanti harus melalui perjodohan." Ucap nenek.

Perlahan terlihat lengkungan dari sudut bibir adik. Ia memeluk nenek dengan rasa terima kasih yang amat sangat banyak. Hingga akhirnya adik menikah dengan gadis yang ia cintai. Namun, satu lagi syarat dari nenek, adik tidak boleh tinggal berpisah seperti kakaknya. Adik harus satu rumah dengan nenek kakek.

Akhirnya adik dikaruniai seorang anak perempuan, yang kelahirannya selang lima tahun dari anak perempuan kakak.

Ya, dia lahir. Fira, gadis yang tumbuh meneruskan adat dalam keluarganya. Semua anggota, harus melalui perjodohan dalam menjalin asmara. Namun karena ayahnya, diringankan adatnya hanya wajib salah satu di antara saudara yang melalui perjodohan.

Fira gadis kecil yang tumbuh dengan segala prestasi. Dari ia kelas taman kanak-kanak, ia selalu mendapat piagam penghargaan sebagai siswi terbaik dan ditambah ia selalu memenangkan lomba di sekolahnya. Hanya saja minusnya, ia cengeng.

Beranjak masa sekolah dasar, prestasinya semakin membara. Semakin banyak lomba-lomba tingkat kecamatan dan kabupaten yang ia ikuti. Walau akhirnya, kalah heheh. Dan berakhir lulus sekolah dasar dengan nilai rata-rata raportnya 92,48 dan rata-rata ujian 92,57.

Dengan mudah ia melanjutkan daftar ke sekolah menengah pertama favorit. Namun baru saja memasuki kelas tujuh, dunia sedang dilanda wabah mematikan. Hingga akhirnya, semua sekolah harus ditutup dan dilaksanakan secara daring atau online.

Dari sana, semangat belajar Fira menurun. Jika biasanya ia mandi sebelum sekolah. Kali ini ia harus sekolah sebelum mandi. Bahkan mandi paginya biasa jam satu siang. Tidak ada teman, tidak ada uang saku, tapi tugas terus berdatangan membuat Fira jenuh dengan semuanya.

Beranjak semester dua, Fira mulai tidak mengerjakan tugasnya. Ia menjadi pemalas. Setiap ada tugas ia skip dan berakhir dikejar guru. Hingga naik kelas delapan, sekolah mulai offline dan ya Fira panik sendiri karena semasa daring ia 'tak mengerjakan tugas sama sekali. Namun sepertinya online atau offline tetap sama saja, semangat belajar Fira sudah hilang semenjak wabah itu menyebar.

Beranjak semester dua, mulai diadakan tryout dari bimbingan luar sekolah. Kata mereka nilainya tidak dimasukkan raport, jadi Fira sangat santai dan tidak belajar. Lagipula tryoutnya berbasis online. Fira mengerjakan asal dan berakhir mendapat skor 115. Sedangkan teman-temannya 125 ke atas.

Dari pengalaman itu, Fira tau bahwa ia sudah jauh sekali dari masa lalunya. Seperti ... ini bukan dirinya! Akhirnya ia mencoba untuk memperbaiki kelas selanjutnya. Hingga Fira menetap pada kelas sembilan, nilainya kian membaik, ia berhasil! Tentunya semua itu butuh banyak pengorbanan yang dilakukan.

Dari naik kelas sepuluh, Fira mulai mengenal percintaan. Selama ini, dengan temannya yang sibuk berpacaran, Fira hanya bisa melihatnya dengan rasa iri, karena keluarganya menentang keras untuk Fira menjalin hubungan dengan lawan jenis.

Tapi ... semakin ditentang akan terlihat semakin menantang. Diam-diam Fira mulai menjalin hubungan dengan kakak kelasnya. Ia tampan, kaya, bahkan sangat royal pada Fira. Apapun yang Fira mau, selalu dituruti. Namun satu kurangnya, jika ada waktu kosong, dia bermain di bar. Mabuk bahkan bermain wanita.

Yang namanya cinta itu buta. Apalagi Fira baru pertama mengalaminya. Sudah pasti indah bayangannya jika ada orang yang mencintainya dan tentunya ia juga mencintai orang itu. Hingga suatu saat ... semuanya terbongkar.

Ayah yang mengetahui putrinya melanggar adat keluarga mereka, langsung menyeret nya menuju lilin di atas meja. Di situ Fira sudah menangis sesegukan. Ayah mulai mengarahkan jari telunjuk Fira pada lilin yang menyala itu. Fira menangis dan menjerit kesakitan merasakan panas dari api yang sudah menjulur ke semua bagian tangannya. Kulitnya terkelupas, ia 'tak berhenti memohon ampun pada Ayahnya.

"Ampun Ayah ... maafkan Fira ...."

"Ini balasan kamu karena melanggar adat keluarga kita! Apa dengan kamu berpacaran akan membuatmu bahagia, Fira!?"

Fira tidak menjawab. Ia hanya menggelengkan kepalanya seraya mencoba menarik jari telunjuknya dari api.

Akhirnya Ayah melepas tangan putrinya. Ia mencengkram dagu Fira dan diarahkan untuk menatap kepadanya. "Lihat, bahkan menahan api kecil dari lilin saja kamu tidak bisa. Lantas jika kamu berpacaran di belakang Ayah, apa kamu bisa menahan panasnya api neraka, Fira!?"

Fira hanya terus menangis dan menangis. Ia 'tak berhenti memohon ampunan Ayahnya.

"Ingat, hukuman dari Ayah masih ringan. Untung kamu Ayah tidak bicarakan dengan kakek nenek. Mungkin kamu sudah habis dibakar mereka!"

Ayah beranjak pergi meninggalkan Fira yang tertunduk di lantai seraya meringis merasakan jarinya yang sangat amat sakit.

Perjodohan Tidak Seindah Bayangan [END]Where stories live. Discover now