Bab 29 Challenge

188 14 0
                                    

Halow ... Halow ....

بسم الله الرحمن الرحيم



Fira mencium punggung tangan suaminya itu. Saat akan berbalik pergi, Fizo mengenggam tangannya. "Ada apa?"

"Bolehkah aku melepas gelang ini, Ra?"

Kening Fira mengerut. "Mengapa? Gelangnya bagus kok."

"Aku tidak suka kamu memakai pemberian orang lain."

Fira menyipitkan kedua matanya seraya tersenyum tengil. "Abi cemburu ya ...." goda Fira seraya menunjuk Fizo dan memutar-mutar telunjuknya di depan wajahnya.

"Na'am, aku cemburu. Bisa lepas sekarang?"

"Mengapa? Padahal ini dari abang sendiri." Tanya Fira seraya mencoba melepas gelang di tangannya.

"Kamu tau kan, Ra. Bang Nico bukan abang kandung aku. Aku ... takut saja," jelasnya. Fira terdiam sejenak menatap sorot mata Fizo yang sepertinya sedang serius itu. Ia melepas gelangnya lalu memberikan pada Fizo.

"Simpan saja. Fira mengerti," ujarnya dengan senyuman manis.

Fizo mengambil gelang berekor duyung itu lalu memasukkan pada sakunya. Ia mengacak kerudung Fira membuatnya letoy. Tetapi Fira juga tidak marah, karena memang seperti ini kerudungnya.

Fizo terkekeh, ia kembali membenarkan kerudung istrinya itu. "Belajar yang benar, karena kamu adalah madrasah pertama anak kita nanti."

"Siyap Abi!" Fira beranjak turun dari mobil. Ia berdiri beberapa saat seraya menunggu Fizo menjalankan mobilnya.

"Dada cantik ... jangan lupa challenge-nya ya." Mobil Fizo sudah menjauh dari sekolah Fira. Ponselnya berdering, ia segera mengangkat panggilan tersebut. Tatapannya berubah menjadi serius. "Baik, tunggu saya di sana."

●●●●

Setelah turun dari mobilnya, ia menatap bangunan di depannya itu. Sebuah hotel, ia masuk dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celananya. Pandangannya menyusuri dalam sana hingga mendapati sosok yang ia cari. Segera ia berjalan menuju satu orang di sana, Fizo mengambil duduk dengan tatapan tidak suka

"Jadi, kamu belum menerima tawaranku?"

"Bukan belum, tapi tidak. Tolong mengerti, saya sudah beristri."

"Yakin? Jika dia akan kemari dan kembali menemuimu, apakah kamu yakin imanmu tidak akan goyah?"

Fizo terdiam sejenak. Ia menatap kedua sepatunya, lalu pandangannya kembali fokus ke depan tanpa menatap balik wanita di sampingnya itu. Tetapi mereka berbeda kursi.

"Tidak akan."

"Baiklah, satu ... dua ...." Nita menjeda ucapannya. "Kamu yakin, Ri?

Fizo mencengkram kuat tangannya sendiri. Tiba-tiba tubuhnya sedikit bergemetar. Ia tidak tau harus apa saat suara langka kaki mulai mendekat ke arahnya.

"Tiga, say hay Vio."

Deg.

Suara kaki itu berhenti tepat di belakang Fizo. "Hai, Ri. Kamu kangen denganku?" Tanya Violet seraya dengan lancangnya mengambil duduk tepat di samping Fizo.

Perjodohan Tidak Seindah Bayangan [END]Where stories live. Discover now