Bab 27 Penyakit 'Ain

219 14 0
                                    

Halow ... Halow ....

بسم الله الرحمن الرحيم



Fira melangkahkan kakinya masuk menuju sebuah butik dengan posisi Fizo di depannya. Lelaki itu mengandengnya dan memaksanya masuk padahal Fira sudah berulang kali menolak. Entah mengapa terdapat sedikit rasa takut saat melihat deretan gamis berjejer itu.

"Bi ... Fira takut dengan gamis," lirihnya bersembunyi di belakang Fizo.

Kening Fizo mengerut dibuatnya. "Mengapa? Gamis ini tidak akan membunuhmu."

Gamis tersebut memang tidak bisa membunuhnya. Tetapi kenangan masa lalu tentang gamis itu bisa membunuh pikiran dan mentalnya. Fira, gadis itu tetap bersembunyi di belakang Fizo. Ia tidak mau beranjak sedikitpun dari sana. Dadanya menahan sesak teramat dalam saat mengingat kejadian menyakitkan di masa lampau.

Dengan penuh kesabaran Fizo membujuk Fira agar mau menatapnya. Hingga akhirnya gadis itu luluh dan beranjak dari persembunyiannya. Fira menunduk, Fizo mencoba menegakkan kepala Fira agar menatapnya. "Kenapa hm?" Fira hanya menggeleng lesu.

Akhirnya Fizo hanya bisa menghela napas pasrah. "Baiklah, kalau kamu belum siap tidak apa. Ayo pulang." Fira mendongak. Ia menurut saja ketika Fizo mengajaknya keluar butik itu. Fira akui gamis di dalamnya begitu bagus, tetapi untuk bisa melupakan kejadian lalu, Fira menjadi tidak menyukai apapun jenis gamis itu. Hingga ia mempertahankan hijabnya hanya dengan rok dan baju lengan panjang.

Di dalam mobil, Fira sedikit melirik Fizo. Apakah lelaki itu marah? Apakah ia membuatnya malu karena kejadian tadi? Fira akui perilakunya aneh dan mungkin sangat memalukan bagi Fizo. Namun tidak bisa berbohong juga soal masa lampaunya.

"Ingin makan dahulu atau langsung pulang?" Tanya Fizo untuk menghibur Fira dan membubarkan rasa canggung di antara keduanya. Tanpa menatap Fizo, Fira menjawab, "langsung pulang saja."

Namun baru saja jawabannya terlontar dari bibir. Kini tiba-tiba perutnya berbunyi membuat Fizo terkekeh. Sedangkan Fira memejamkan kedua matanya, malu sekali dirinya ini.

"Kita makan dulu saja," putusnya. Ia mulai menjalankan mobilnya menuju sebuah tempat makan. Hingga Fizo memarkirkan mobilnya, selesai, Fira beranjak turun disusul oleh Fizo. Fira menatap nama restoran di depannya itu, masih sama seperti dulu, Fira masih kesulitan membaca nama restorannya.

"Ini restoran Babi, ya?" Tebak Fira saat ia mendudukan tubuhnya pada kursi di sana. Padahal sudah jelas Bunda memberitaunya sebelum berpisah kemarin.

"Bukan."

"Loh?"

"Ini restoran halal, tidak menjual daging babi." Mendengar penjelasan Fizo membuat Fira berdecak kesal.

"Lagian, bisa tidak berhenti panggil aku Babi? Apa tidak ada nama lain? Aku ini anak halal, Ra ...." Fira hanya terkekeh mendengarnya. Padahal ia tidak bermaksud memanggil suaminya itu dengan panggilan haram. Tetapi beliau sendiri yang menyuruhnya memanggil dengan panggilan Habibi, dan nama yang melesat di pikiran Fira hanyalah Babi.

"Iya, Bi ...." Fizo mengerucutkan bibirnya kesal. Ia sedikit merenggek pada istrinya itu, hal itu sontak membuat Fira semakin terkekeh geli. Untung saja tempat duduk mereka sedikit jauh dengan banyak orang. Karena kebanyakan orang memilih di lantai bawah, dan mereka berdua berada di lantai atas. Biasanya lantai atas restoran Qadratullah dibuat mahasiswa atau pelajar untuk mengerjakan tugas, tetapi ntah mengapa dua pasutri itu tersesat di sana. Untung hanya ada satu dua orang saja.

"Jangan Babi, Ra ...."

"Iya, Bi ...."

"Aaa ... jan-"

Perjodohan Tidak Seindah Bayangan [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat