Bab 30 Asrama

169 14 0
                                    

Halow ... Halow ....

بسم الله الرحمن الرحيم

Cado buat journalnya Fira Fizo 😍

Bisa buat belajar hijrah juga, ada di sorotan ig Cado cusss ... yang journal hijrah.

Sebenarnya mau ganti cover, tapi mager jadi kapan-kapan aja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebenarnya mau ganti cover, tapi mager jadi kapan-kapan aja.



Fizo, lelaki itu kini sedang duduk termenung di teras ndalem. Ia menunggu kehadiran Kiai Umar yang katanya sedang keluar. Sedari tadi Fizo terus berusaha menenangkan kakinya yang gemetar. Ia hanya berharap bahwa yang disampaikan Nita dan Violet tadi hanyalah sebuah omong kosong. Tidak mungkin Kiai masih menunggunya selama bertahun-tahun.

"Assalamualaikum." Fizo mendongakkan kepalanya menatap seorang paruh baya dengan pakaian gamis itu di depannya. Ia segera bangkit dan mencium punggung tangan gurunya itu.

"Haidar?" Fizo hanya tersenyum dan mengangguk. Terlihat jelas jika wajah Kiai sangat bahagia, ia memeluk Fizo sangat erat. Membuat lelaki itu sedikit sesak napas, tetapi ia tidak berani melepasnya. Tidak bisa dibohongi lagi, bahwa ia juga merindukan sosok sepuh di hadapannya ini. Sosok yang selalu membimbingnya sejak kecil. Namun ... ia melarikan diri darinya.

Kiai melepaskan pelukannya. Ia menatap lekat wajah Fizo seraya tersenyum. "Ma syaa allah, tambah tampan saja kamu."

Fizo hanya terkekeh mendengarnya. Masih seperti dahulu, Kiai memang suka memujinya. "Hadza min fadhli rabbi, Yai."

"Jadi, apa tujuanmu ke mari? Mari masuk dulu."

Fizo berjalan di belakang Kiai, ia duduk di kursi ruang utama. Bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis saat tangannya kembali menyentuh kursi itu. Sudah lama sekali ya? Batinnya. Di saat Kiai meminta abdi ndalem untuk membuatkan minum, Fizo menolak halus karena ia akan cepat-cepat pergi dari sini.

"Apa kamu mau kembali tinggal di asrama, Dar?"

Fizo menggeleng. "Laa, Yai. Kasihan istri Haidar jika ditinggal sendirian."

Terlihat Kiai terkejut saat mendengar Fizo menyebut kata 'istri' ia tidak mengira jika anak didik sekaligus angkatnya itu sudah mempunyai istri. Kiai melirik jam dindingnya, "sekarang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan, kamu membiarkan istrimu sendirian?"

"Idar sudah pamit, Yai. Namun secepatnya Idar akan segera pulang."

"Sudah malam, bermalam di sini saja."

"Tidak Yai, istri Idar takut sendirian. Maka dari itu Idar izin langsung pada intinya saja."

"Baiklah. Tafadol."

Perjodohan Tidak Seindah Bayangan [END]Where stories live. Discover now