Bab 48 Kamu Berlebihan, Fira!

268 15 3
                                    

Halow ... Halow ....

بسم الله الرحمن الرحيم

Kapan terakhir update?😭

Ayo ayo sayang kita mulai lagi😁🙏




Selang beberapa hari di rumah sakit, alhamdulillahnya Ibu sudah diperbolehkan pulang. Di jok mobil belakang, Fira duduk berdua dengan sang ibu yang sibuk mengendong bayinya. Perasaan kesal, marah entah mengapa ia tidak bisa menerima orang baru itu.

Fira menatap adiknya tajam. Enak sekali kamu, anak kedua tidak akan dijodohkan. Batinnya penuh amarah hingga membuat bayi itu seketika menangis kencang.

"Fira ... jangan menatap adikmu seperti itu. Kasihan dia," tegur Ibu.

Fira mengalihkan pandangannya. "Dia bukan adikku. Sampai kapanpun tidak akan pernah menjadi adikku."

"Fira! Jaga ucapan kamu!"

"Ayah berisik."

"Suutt ... udah diam, kasihan Asha."

Hening. Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan lagi di antara semuanya hingga tiba di rumah mereka. Fira segera turun dan mulai membawa semua barang-barang masuk.

"Sudah selesai kan? Fira pulang ya." Pamitnya seraya melangkahkan kakinya keluar. Ia mengambil motor, namun baru saja akan melajukan motor itu, sang Ibu lebih dulu menghentikan pergerakannya.

Fira mendesah pelan melihat kelakuan Ibu yang seakan tidak mau melihatnya merasakan kebebasan luar. "Hah. Ada apa lagi, Ibu? Bukannya tugas Fira sudah selesai? Fira hanya disuruh menjaga selama Ibu hamil, kan? Sekarang bayi sialan itu sudah terlahir jadi Fira tidak lagi punya hak di sini."

"Tapi Ibu masih merindukanmu, Fira. Apa kamu tega membiarkan Ibumu yang baru saja bertaruh nyawa demi adikmu ini terus bergelut dengan rasa rindu pada anaknya?"

Fira mengerutkan keningnya heran. "Anak? Bu, Fira sudah tergantikan dengan Asha-Asha itu. Ibu udah gak butuh Fira lagi."

"Tidak seperti itu, Fira ... di sini kami semua masih ingin kamu."

"Membutuhkanku untuk menjadi baby sister untuk mengasuh si Asha itu? Enggak, Ibu. Lagian kenapa namanya harus Ahsa? Jelek sekali."

"Jaga bicaramu Fira." Entah dari mana pak tua itu tiba-tiba muncul. Ia berdiri tepat di samping Ibu seraya menatap Fira dengan tatapan tidak suka.

"Asha artinya adalah harapan, dan ayah yakin Asha adalah anugerah terbaik yang telah diberikan Tuhan untuk keluarga ini. Mungkin karena Tuhan juga tau kalau anak sepertimu tidak bisa diharapkan, maka dari itu ... Tuhan mengirimkan Asha pada keluarga kita." Lanjutnya.

Sontak tertohok Fira mendengar semua ucapan ayahanya. Namun detik kemudian ia justru terkekeh sinis, "lihat Bu? Ayah bilang seperti itu. Jadi boleh dong Fira pergi sekarang?"

"Jangan. Setidaknya, dua hari lagi ya?" Fira menatap sorot mata Ibu yang sangat tulus. Ia tidak bisa jika sudah berurusan dengan Ibu. Mau tidak mau, ia mematikan motornya lalu mengangguk menyetujui permintaan sang Ibu.

Ibu tersenyum manis melihatnya. Namun detik kemudian suara tangisan dari dalam rumah menghancurkan suasana. Segera Ibu kembali ke dalam dengan Ayah yang terus mengingatkan kata hati-hati pada Ibu. Fira memutar bola matanya malas, ia turun dari motor dan menyusul semuanya ke dalam.

Hari berlalu hingga malam. Gadis itu tidak bisa tidur karena suara berisik dari tangisan Asha yang tiada hentinya. Ia ingin sekali marah, apalagi saat melihat Ibunya kewalahan mengasuh, rasa ingin menyingkirkan bayi itu menjadi semakin besar dalam benaknya.



Dengan geram Fira melemparkan semua kebutuhan bayi yang telah dibelinya. Ia lelah sekali pulang sekolah harus membelanjakan sebanyak ini. Mana totalnya tidak sedikit lagi. Ibu yang melihatnya hanya mengelus dada sabar. "Maaf ya Fira, Ibu jadi nyusahin kamu." Ujar Ibu merasa tidak enak.

"Ibu gak salah."

"Em Ibu tinggal ke dapur sebentar ya. Kamu jagain adik." Diam saja tanpa mengatakan sepatah katapun. Ibu segera menuju dapur untuk memeriksa masakannya. Fira melirik kanan kiri, sepi. Entah terbesit pikiran dari mana kini kedua matanya memerah, melihat sang adik yang sedang tidur itu, tangannya bergerak mencekik leher Asha hingga bayi itu terkejut dan bangun dengan tangisan sangat kencang.

"Astagfirullah Fira! Gila ya kamu?!" Dengan susah payah lelaki itu melepas tangan Fira dari leher Asha. Jika dibiarkan maka bayi itu bisa mati seketika.

Kedua mata Fira berkaca-kaca menatap siapa yang sekarang berada di depannya. "Abi?" Panggilnya lirih.

Namun Fizo tidak menghiraukan panggilannya, ia justru beralih pada Asha. Segera lelaki itu mengendong Asha sebelum kemudian sang Ibu kembali dari dapur dan mengambil alih anaknya itu.

"IBU SUDAH CUKUP SABAR DENGAN KELAKUAN KAMU SELAMA INI, FIRA! Tapi kali ini kamu benar-benar keterlaluan! Ibu tidak urus lagi, sekarang juga kamu angkat kaki dari rumah ini! Dan jangan pernah kembali sebelum kamu menyesali perbuatanmu selama ini!"

Deg.

Jantung Fira berdegub kencang. Waktu seakan diperlambat. Dunia serasa terhenti. "Ibu ...."

"Jangan panggil aku Ibu lagi sebelum kamu merubah sifat egoismu itu!"

"Sudah kubilang segera angkat kaki dari rumah ini, Fira Agita!!" Teriak Ibu histeris diiringi dengan suara tangisan sang bayi.

Fizo segera menyeret Fira keluar. Ia memasukkan Fira ke dalam mobilnya tanpa berkata apapun lagi ia melajukan mobilnya menuju rumah. Sesampainya di rumah, Fizo membawa Fira memasuki kamar mereka.

"Bisa stop bertingkah seperti anak kecil, Fira?" Tanya Fizo dengan penuh penekanan.

"Kamu tau apa yang barusan kamu lakukan tadi? Akibatnya sangat fatal, Fira!"

"Selama ini aku sudah lelah sekali dengan tingkah lakumu yang tidak pernah mau berubah. Belajar sedikit dewasa Fira ... gak semua harus sesuai apa yang kamu mau!"

Dengan lesu Fira menatap suaminya itu. Tatapannya sangat lemas, bahkan mata pandanya itu sudah menunjukkan jika Fira sangat-sangat lelah selama ini.

"Tapi nyatanya Fira memang masih kecil, Bi. Fira masih kecil dan Fira dipaksa menikah lalu mereka semua memaksa Fira agar bisa bersikap dewasa tanpa memikirkan semua perasaan Fira?!"

"Abi kira cuma Abi yang capek?! Fira juga capek, Bi!" Tangis gadis itu pecah. Ia memberi beberapa pukulan kecewa pada dada bidang suaminya.

"Fira capek Bi ... di saat anak-anak seumuran Fira enak menikmati masa remajanya, apakah Fira pernah menuntut itu dari dulu? Fira menyetujui pernikahan paksa ini, berharap Fira akan bahagia karena terbebas dari sosok seperti ayah. Tapi nyatanya, Abi gak jauh beda. Abi memang gak pernah nyakitin Fira secara fisik, tapi Abi pernah lihat perasaan Fira ngak?!"

"HAH?! MANA JANJI ABI DULU MAU KE SURGA BERDUA?! ABI NGELANGGAR JANJI ITU DENGAN MELAKUKAN POLIGAMI, APA FIRA MARAH BI?! ENGGAK KAN?!"

"Fira menerima semua keputusan Abi. Abi bilang Abi akan cenderung pada Fira kan? Tapi nyatanya apa Bi? DI MANA AJA SELAMA INI?! FIRA HAMPIR GILA BAHKAN ABI GAK ADA DI SAMPING FIRA!"

"Fira?"

"ABI ITU GAK ADIL! ABI TAU FIRA BELUM SIAP PUNYA ADIK TAPI DI MANA ABI WAKTU FIRA TERPURUK GINI HAH?!"

"FIRA! KAMU BERLEBIHAN! STOP!"



Anjay dari sekian purnama baru dilanjut😭🙏

Perjodohan Tidak Seindah Bayangan [END]Where stories live. Discover now