Bab 28 Humaira

217 15 0
                                    

Halow ... Halow ....

بسم الله الرحمن الرحيم



"Oh oh. Paham tidak?" Kesal Fizo.

"Paham ...."

"Lalu, ada cara pencegahannya, Bi?" Tanya Fira seraya benar-benar memfokuskan pandangannya pada Fizo.

Fizo menganggu-anggukkan kepalanya. "Sebagian ulama berpendapat, untuk mencegah ain, ketika memandang sesuatu disertai dengan ucapan. Ma syaa allah laa haula walaa quwwata illa billah." Jedanya.

Ia menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Fira, hal itu sontak membuatnya sedikit terkejut. Fizo hanya terkekeh dan meminta maaf. "Nah, aku juga mampunyai doa agar sembuh dan terhindar dari penyakit ain, Ra."

"Bagaimana?"

"Doanya seperti ini. Bismillahilladzi laa yadhurru ma'asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa' i wa huwas samii'ul 'aliim."

"Ooh ... mangkanya wajah Abi bisa tampan seperti itu, eh-" Fira sontak membungkam mulutnya dengan tangan saat keceplosan memuji suaminya itu. Sedangkan lelaki di depannya itu terdiam beberapa saat lalu tersenyum manis ke arah sang istri.

Ia semakin mendekat pada istrinya itu. "Coba ulangi, Ra."

Fira menggeleng kuat. "Tidak tidak! Tadi Fira salah bicara. Maksud Fira adalah wajah Abi bisa bersih tanpa jerawat satu pun. Fira juga ingin seperti itu ... lihat, Fira memiliki satu di sini." Fira sedikit membuka bagian pipinya yang tertutup hijab. Melihat Fira cemberut, Fizo hanya tersenyum manis. Ia mengusap lembut puncak kepala istrinya itu.

"Tidak apa, jerawat bisa menggugurkan dosa. Tapi terkadang aku heran, Ra."

"Heran mengapa?"

"Manusia, terutama para wanita. Mereka sibuk menutupi jerawatnya, padahal jerawat adalah salah satu cara untuk menggugurkan dosa mereka. Sedangkan aurat yang diumbar sudah pasti berdosa itu, malah tidak mau menutupnya. Aku berharap, kamu tidak seperti itu, karena kamu tau? Jikalau nanti seorang wanita dimasukkan neraka, maka wanita akan menyeret empat lelaki dari keluarganya."

"Hah?! Siapa, Bi?"

"Ayahmu, suamimu, adik laki-lakimu, dan anak laki-lakimu kelak.

Pembicaraan serius itu terbuyar karena suara perut Fira. Baik kali ini mereka sadar bahwa makanan mereka belum kunjung datang. Fizo melirik jam di tangannya, sudah setengah jam, di mana para pelayannya itu.

"Permisi Pak, maaf sekali makanannya sangat telat. Tadi saya menyuruh karyawan baru untuk mengantar ke lantai dua, tetapi beliau kembali turun dan katanya hanya ada dua orang belajar di sana."

Fizo hanya tersenyum menanggapi. "Tidak apa, wajar karena dia karyawan baru. Apalagi tempat ini memang jarang dilirik seseorang. Sangat belakang dan pojok, sudah, berikan saja makannya."

Waiter itu segera meletakkan makanan dan minuman pesanan Fizo. Lalu beranjak pergi setelah mendapat persetujuan dari Fizo. "Maaf membuatmu kelaparan, sekarang makanlah. Jangan lupa baca doa."

●●●●

Di sisi lain, Jack sedang berhadapan dengan dokter di sebuah ruangan putih berbau khas obat-obatan. Ia mendengarkan seksama penjelasan dari dokter itu. Wajahnya terlihat datar namun pikirannya bekecamuk di dalam sana.

"Sudah enam bulan ini saya mengalami batuk yang tak kunjung sembuh, dada juga sering sesak. Saya hanya minum obat yang dibeli di apotek. Satu minggu belakangan ini kepala saya pusing, dada saya nyeri dan napas sesak. Ketika batuk juga keluar darah." Jelas Jack tadi sebelum dokter itu memberi penjelasan dan pertanyaan lebih tentang penyakitnya.

Perjodohan Tidak Seindah Bayangan [END]Where stories live. Discover now