Bab 39 Masalah di Kedai Kopi

178 14 0
                                    

Halow ... Halow ....

بسم الله الرحمن الرحيم

Kita bagaikan baskara dan candra. Tidak akan bisa bersatu dalam satu jiwa.

Bisa. Atas izin Allah Tuhan semesta alam. Kun fayakun, baskara dan candra menjadi satu nama yaitu gerhana.

Tetapi gerhana hanya sementara. Seiring berjalannya waktu, takdir akan menunjukkan kenyataannya.

"Tunggu di sini, Ra. Abang ada pelangan." Fira hanya mengangguk. Nico beranjak dari duduknya yang diikuti Farrel di belakangnya.

Fira membuang napas berat. Ia menyalakan ponselnya. Lihat? Tidak ada satu pesanpun dari suaminya. Di mana janjinya? "Pipi cantik ini, tidak boleh sampai meneteskan air mata hanya karena seorang Fizo Qori. Aku janji, akan lebih prioritaskan kamu."

"Lebih memprioritaskan? Haha bullshit sekali kamu itu," gumamnya seraya terkekeh miris. Hingga sebuah cangkir berisi kopi itu mendarat tepat di mejanya.

Keningnya memgerut. Ia tidak memesan kopi, kan? "Sepertinya kamu salah antar. Fira tidak memesan kopi," ujarnya seraya menoleh pada seseorang yang berdiri di samping mejanya.

"O-oh Abang?"

Nico tersenyum manis. "Diminum ya, ada gambar avocadonya di sana. Kamu kan, suka kopi sama avocado."

"Abang tau dari mana? Fira tidak pernah cerita." Ingin sekali rasanya Nico mengacak-acak puncak kepala adik iparnya itu. Namun ia masih teringat batasan bukan mahram.

Nico mengapit nampannya di samping kiri seraya menatap Fira dengan senyumannya. "Hanya menebak saja." Ia terkekeh, "minum gih, sambil tunggu Abang layanin yang lain." Fira mengangguk. Nico bergegas pergi ketika Farrel sudah berulang kali menekan belnya.

"Santai, bro." Nico terkekeh seraya mulai mengantar pesanan tadi. Sedangkan Farrel terlihat kurang senang lalu melanjutkan pekerjaannya.

 Sedangkan Farrel terlihat kurang senang lalu melanjutkan pekerjaannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Fira menatap layar ponselnya. Ia tersenyum tipis, "tampan juga," monolognya. Seketika ia teringat saat Farrel memanggilnya dengan sebutan 'kak' tadi. Apakah umur lelaki itu masih di bawahnya? Namun itu tidaklah mungkin, bahkan Fira belum mencapai tujuh belas tahun. Masa iya lelaki itu berumur lima belas? Sangat tidak mungkin.

"Woi Farrel, lo punya penggemar baru lagi." Entah teriakan dari siapa. Fira menoleh ke sampingnya. Terdapat lelaki dengan pakaian yang sama seperti Farrel dan abangnya.

Di seberang meja sana, Farrel menatap keduanya dengan tersenyum manis. "Gue tau, tadi flashnya nyala."

Eh? Benarkah? Sepertinya tidak!

Perjodohan Tidak Seindah Bayangan [END]Where stories live. Discover now