Ekstra Part 2

231 10 1
                                    

haloww hehe maaf ya Cado agak sibuk akhir² ini😁🫶



Satu tahun berlalu hingga tiba masa di mana Fira, gadis kecilnya Fizo itu sudah mulai beranjak keluar dari masa sekolah menengah atasnya. Ia menghela napas lega setelah menghadapi berbagai ujian akhir yang telah membuat kesehatan tubuh kecilnya ini menjadi turun. Ujian di akhir kelas dua belas benar-benar sangat menguras tenaga, bahkan bukan hanya fisik saja tetapi pikiran juga terus diperas hanya demi sebuah ANGKA.

Ditambah Fira menjalani berbagai ujian itu dengan perut kosong alias sedang berpuasa karena belum mengqodo puasanya tahun lalu, mau tidak mau karena sudah hampir mendekati bulan ramadhan lagi, ia harus mengejar semuanya.

Hingga kini, ia berakhir dengan tangan yang terhubung dengan selang infus di IGD rumah sakit. Raut wajahnya tidak dapat santai semenjak memasuki semester enam di sekolahnya. Ditambah ia mengalami telat haid sudah hampir dua bulan.

"Sudah ... jangan terlalu dipikirin. Kalau rezekinya bisa keterima di kampus impian kamu, pasti gak akan dikasih ke orang lain kok," ujar Fizo mencoba menenangkan.

"Tapi Bi, Fira sebagai kakak harus memberikan langkah terbaik untuk adik Fira nanti. Fira harus jadi contoh yang baik buat adik. Fira gak mau jadi kakak yang gagal."

"Jadi contoh yang baik bukan hanya tentang materi, Ra. Jadi anak sulung perempuan juga bukan kemauan kamu, kan? Kamu udah hebat banget bisa lewatin semuanya dan bertahan sampai sejauh ini. I proud of you, gak bisa seorang manusia jadi sempurna, lakukan sebisa kamu, sisanya biarkan Allah yang membantu. Ya, sayang?"

Mendengar itu Fira hanya menghela napass berat. "Gimana kalau Fira gak keterima di kampus manapun? Gimana kalau Fira gak bisa kuliah?"

"Astagfirullah, ucapan adalah doa Ra. Bisa, kamu pasti bisa, doaku selalu menyertai setiap langkahmu, Ya Humairaku," ujarnya dengan tangan yang masih setia mengusap lembut puncak kepala istri kecilnya itu.

"Bi ... tapi Fira belum haid hampir dua bulan, apa jangan-jangan Fira itu?"

"Tidak mungkin, kita belum pernah Ra. Kamu hanya terlalu stres memikirkan pendidikanmu. Coba dibawa santai ... rileks ... atur pola makan yang baik, jangan sering begadang, kalau ada masalah cerita sama aku. Kalau ada tugas yang susah kasih tau aku, ya? jangan diam aja ... gemes banget." Fira hanya mengangguk-anggukkan kepalanya seolah mengerti semua perkataan Fizo padanya.

"Yasudah, tidur ya sambil aku bacain Al-Mulk. Besok izin aja sekolahnya."

"Gak mau, besok ada uprak."

Fizo menghembuskan napas berat. Susah sekali Fira dinasehati. "Iya besok aku antar saja." Untungnya Fira langsung mengangguk menyetujui tanpa pertentangan.

Fizo beranjak dari duduknya, ia mengambil Al-Quran kecil dari dalam tas. Kembali dengan posisi awalnya, satu tangan kini menopang Al-Quran untuk dibaca dan satunya mengusap lembut telapak tangan Fira yang terdapat selang infus itu.

Fizo mulai membacakannya dengan tartil hingga Fira memejamkan matanya. Setelah melihat istrinya sudah tertidur, Fizo tidak ada niatan sama sekali untuk tidur dan beristirahat. Justru ia memilih berjaga sepanjang malam untuk memastikan istrinya itu selalu baik-baik saja. Jadi ia beranjak dari duduknya memutuskan untuk mengambil wudhu dan salat tahajud di sana. Selalu ia mendoakan setiap langkah yang dilalui istrinya itu, semoga barokah dan sukses selalu dalam setiap perjalanannya.



"Ini pacar kamu Nic?"

"Ah bukan, Bun. Dia temen Nico." Bunda mengangguk-anggukkan kepalanya seraya menatap gadis cantik di sebelah putranya itu.

Perjodohan Tidak Seindah Bayangan [END]Where stories live. Discover now