Bab 40 Salat dan Waktunya

183 15 1
                                    

Halow ... Halow ....

بسم الله الرحمن الرحيم

Kok Nico tau kesukaan Fira? 👀



Fira menggerakkan tangannya mulai mengetuk pintu utama. "Assalamualaikum."

Fira menunggu santai hingga dibukakan pintunya. Namun suara pecahan piring dari dalam membuatnya sangat terkejut. "Ibu?"

Fira segera membuka pintu utama yang ternyata tidak terkunci itu. Ia bergegas lari menuju dapur. Terlihat di sana Ibu sedang ketakutan di pojokan dengan ayah yang terus berteriak. Di sisi lain, nenek yang mencoba mengusir ....

Seekor ular!?

Dari mana datangnya hewan berbisa itu!

Fira bergegas lari menuju Ibunya. Ia memeluknya sangat erat. Seolah ingin melindungi malaikat tak bersayapnya itu dari santapan moster seperti Onra!

"Ayah jangan marahi, Ibu!" sentak Fira tanpa menoleh pada ayahnya. Ia masih sibuk dengan pelukannya dengan wanita yang telah berkorban nyawa padanya itu.

Ayah terlihat menijat keningnya yang terasa pening, lalu mengusap wajahnya gusar. "Baik, Fira. Kamu salah paham."

Fira tidak mendengarkan ucapan ayahnya itu. Ia meliriknya sinis seraya terus mengeratkan pelukannya dengan Ibu. "Fira tidak percaya," sinisnya. Ekspresinya berubah lembut di saat kepalanya merasakan usapan yang ... sudah lama ia tidak merasakan ini!

Ia mendongakkan kepalanya menatap wajah Ibu. "Ayahmu benar, kamu salah paham, Sayang. Tadi Ibu sedang mencuci piring dan tiba-tiba ada ular yang-"

"Lagian kenapa Ibu cuci piring? Dengan kondisi Ibu yang seperti ini? Oh apakah Ayah membiarkan hal itu?" Pandangan Fira beralih pada Ayahnya. Kini kedua insan itu saling memberikan tatapan maut. Sifat Ayah memang menurun pada anak pertama, terutama sifat keras kepalanya Onra yang sangat lekat berada pada Fira.

"Kamu hanya bisa menuduh," tuding Ayah membuat Fira memutar bola matanya malas.

"Sayang, bukan seperti itu," ujar Ibu mencoba menjelaskan.

"Ibumu yang keras kepala. Onra sudah melarangnya untuk mencuci piring, tetapi dia tetap saja melakukannya." Mendengar penuturan nenek, bukannya Fira memutar otak untuk menegakkan kebenaran. Ia malah berkacak pinggang menatap semuanya.

"Nenek membela Ayah terus, ya?" Perkataan Fira membuat nenek mengerut tidak suka.

"Semenjak pergi bersama suamimu itu, kamu menjadi semakin keras kepala!"

Fira menatap neneknya tidak suka. Ia berkacak pinggang seraya berdecak meremehkan. "Oh bukannya nenek yang bilang jika lelaki pilihan nenek itu baik? Hm?"

"Fira, sudah!" Ibu mencoba menenangkan putrinya itu. Namun tangannya malah ditepis olehnya.

"Lelaki pilihan nenek memang baik, memang dasar kamunya yang tidak bisa dididik! Bocah kecil yang tidak pernah mengerti sopan santun. Setidaknya perbaiki attitudemu terlebih dahulu sebelum kembali menginjakkan kaki di rumah ini lagi."

Nenek membalikkan tubuhnya berniat pergi dari keributan tersebut. Sedangkan kakek di sana hanya terduduk santai seraya menyeruput kopinya. Namun langkah nenek terhenti ketika mendengar perkataan dari cucunya itu.

"Apa Nenek akan mengira lelaki itu baik, jika sudah mendengar fakta? Bahwa ... seorang Fizo Qori menikah lagi dengan wanita lain?"

●●●●

Perjodohan Tidak Seindah Bayangan [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz