Bab 55 Semuanya Terungkap

275 19 3
                                    

Halow ... Halow ....



"Kan, poligami itu sering diperlakukan terbalik dengan sedekah. Banyak orang yang mampu tapi tidak mau bersedekah. Sedangkan poligami? Banyak yang mau padahal tidak mampu." Perkataan Nico barusan sontak membuat Fizo terdiam seribu kata.

Nico menarik napasnya dalam-dalam. Ia mendekatkan wajahnya pada sang adik lalu berbisik. "Apa kamu tau, soal rencana Vio yang membuatmu terjebak dengan fitnah itu?"

Fizo mengerutkan keningnya heran. Nico tersenyum tipis setelah melihat ekspresi adiknya itu, ia mengangkat alisnya lalu menjauhkan wajahnya dari sang adik. Sudah ia duga, Fizo terus membela wasiat Abbanya itu karena tidak tau soal keajian awal fitnah yang menimpa dirinya.

"Rencana? Fitnah? Astagfirullahalazim ya allah ... kepalaku pusing, Bang." Lelaki itu mengusap wajahnya gusar lalu memijat keningnya.

"Maksudnya gimana sih, Bang? Kasih tau aku semuanya." Tegas Fizo.

"Yakin? Nanti nyesel?"

"Bang!" Tegas Fizo sekali lagi dengan tatapan serius.

Nico memutar bola matanya malas. Ia menatap serius pada sang adik. "Vio, istri keduamu itu, sudah lama suka- eh ralat, terobsesi sama kamu."

"Hah?"

"Fitnah yang menimpa kamu di asrama, sampai kamu diberi hukuman 100 kali cambukan dan mengasingkan diri satu tahun. Kamu pikir fitnah itu terjadi tanpa sebab? Ya, Vio udah merencanakan semuanya buat bisa sama kamu. Dari awal dia pepet kamu dengan cara normal tetapi gagal sampai dia nekat buat kamu masuk kamar asramanya saat dia gak pakai kerudung!" Jelas Nico dengan intonasi penekanan pasa akhir kalimatnya.

Fizo yang mendengar semuanya langsung terngangga, namun detik berikutnya ia terkekeh sinis. "Pasti kamu ngarang semua ini buat ngebela diri kan? Biar kamu kesannya gak bersalah karena ketahuan selingkuh?"

Nico tersenyum paksa, ia mengebrak meja di depannya seraya berdiri. Lelaki itu menghela napas berat, "terserah kamu mau percaya atau enggak, yang penting aku udah nyampein semuanya."

"Apa perlu memanggil Nita?"

"Boleh."

"Oke, nanti malam ketemu lagi di sini. Sekarang ... pacar aku lagi minta jemput sekalian curhat. Karena ya ... siapa lagi yang mau dengar keluh kesahnya selain aku? Kalau sama suaminya kan disuruh jadi dewasa?" Sindir Nico setelah itu ia beranjak keluar dari cafe dan segera melajukan motornya. Di belakang, Fizo menatap kepergian punggung Nico dengan tatapan yang sulit diartikan.



Nico menghentikan motornya tepat di depan gerbang sekolah Fira. "Hai Ho-" ucapannya terpotong saat menyadari bahwa Fira sedang menangis.

"Loh kamu kenapa?" Dengan segera ia melepas helmnya lalu beranjak turun dari motornya.

Dengan khawatir Nico segera membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Jemari Fira mencengkram kuat baju belakang Nico, ia menumpahkan semua tangisnya dalam dada bidang lelaki itu. Hingga beberapa menit berlalu, di saat Fira mulai mereda, ia melepas pelukan itu lalu mencoba menenagkan dirinya.

Nico berjongkok tepat di hadapan Fira. "Kenapa? Ayo cerita sama aku. Aku dengerin semua cerita kamu." Tangannya bergerak memegang kedua bahu Fira untuk meyakinkan gadis itu bahwa ia serius dengan perkataannya.

Fira mengusap air matanya, "anter Fira ke makam, Bang."

"Hah? Maksudnya, mau ngapain Honey?"

"Anterin Fira ke makam," ulangnya sekali lagi.

Tanpa bertanya lagi, Nico langsung berdiri dan segera membawa gadis itu melaju menuju TPU sesuai permintaannya. Tanpa basa-basi lagi, Fira segera turun dan berlari masuk meninggalkan Nico sendirian di belakang. Wajah Fira terlihat tidak bisa santai, ia terus mencari keberadaan makam Jacky dengan air mata yang tak kunjung mereda.

"Jacky!" Sontak Fira memeluk makam itu dengan isak tangis yang semakin menjadi. Tangan kirinya mengusap lembut papan nisan atas nama Jacky Liam yang meninggal pada 31-01-24 tepat satu minggu lalu.

"Jadi, kita akan tetap bersama, kan?"

"Tidak ada yang bisa memisahkan kita, Honey. Percaya padaku, okey?"

"Semoga kita masih bersama, dalam satu tahun ke depan."

"No no no, Honey enggak salah. Pasti semua ada alasannya, kan? Coba ceritakan padaku."

"Gak boleh gitu, mau gimanapun dia tetap suami lo. Surga lo ada di suami, harus taat, jangan nakal dan suka ngebantah."

"Emm ... kalau gue gak ada, lo harus bahagia sama laki-laki yang menjadi pilihan keluarga lo itu."

"Kenapa bicara seperti itu?! Fira tidak suka! Seakan Jack akan benar-benar pergi dari hidup Fira!"

"Gue gak janji, ya secara habis kelas dua belas gue mau lanjutin kuliah sama ngurus bisnis Papa, kan? Gue takut gak bisa bahagian lo lagi. Seenggaknya masih ada suami lo yang bisa bikin lo bahagia."

"Bisnis apa yang dijalanin di dalam tanah gini, Jack?" Gumam Fira seraya terkekeh pelan.

"Katanya, waktu kajiannya selesai. Mau pulang gitu, Jack tiba-tiba sesak terus pingsan."

"Lalu? Cuma pingsan, Fira juga pernah."

"Dia mati sekalian juga gak papa, Din."

"Maaf Jack, nyatanya aku gak bisa tanpa kamu," ujar Fira dengan tangisnya yang semakin menjadi. Nico yang duduk di samping Fira hanya bisa mengusap lembut serta memberi senderan bahu pada gadis itu.

"Sabar, Honey."

Tiba-tiba saja Fira meronta dalam pelukannya. Ia mengacak-acak tanah kuburan di depannya itu. "JACK BOHONG! MANA JANJI KAMU BUAT TERUS SAMA AKU?! KATAMU TIDAK ADA YANG BISA MEMISAHKAN KITA KAN? TAPI SEKARANG APA?! KENAPA JACK NINGGALIN FIRA? KENAPA JACK NGAK KASIH TAU FIRA TENTANG PENYAKIT JACK?! AYO BANGUN KATANYA LULUS SEKOLAH MAU LANJUT KULIAH SAMBIL NGURUS BISNIS PAPA KAMU?! KALAU KAMU TIDURAN MALAS-MALASAN GINI MANA BISA WUJUDTIN IMPIAN KAMU?!"

"Honey? Astagfirullahalazim ... sabar ...." Nico terus berusaha membawa kembali gadis itu ke dalam pelukannya agar bisa ditenangkan, namun nyatanya Fira terus meronta bahkan membuat makam itu menjadi sangat berantakan.

"AYO BANGUN JACK ... INI UDAH SATU TAHUN KE DEPAN WAKTUNYA BUKA BOTOL YANG KITA JANJIKAN DULU! KAMU GAK MAU BUKA BARENG AKU YA?! JAHAT BANGET!!!"

Tenaga Fira terkuras habis hingga hampir terjatuh pingsan. Dengan sigap Nico langsung menyenderkan kepala Fira pada dada bidangnya, "Jack jahat kan?"

"Iya."

"Tapi sialnya Fira lebih jahat." Lanjutnya dengan tangisnya yang semakin meledak. Nico mengusap lembut puncak kepala Fira yang terbalut kerudung itu, "Fira jahat banget ninggalin Jack, dan Fira jahat banget waktu Jack bilang mau ketemu tapi malah Fira sumpahin mati. Sekarang semuanya jelas ya kalau semua berawal dari Fira. Fira sumber masalahnya kan?"

"Hustt ... gak boleh gitu Honey. Bukan salah kamu, semua sudah berada di garis takdir Tuhan."

"Tapu coba dulu Fira gak egois? Jack gak akan mati ...."

"Honey ...."

"Udah cukup bang pura-puranya, stop turutin ego Fira buat abang jadi mirip Jacky. Karena dari awal kalian emang gak sama."

Tapi dari awal aku udah cinta sama kamu Ra, bahkan sebelum kamu memintaku untuk menjadi Jacky.



Kaget? Maaf

Perjodohan Tidak Seindah Bayangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang